Makalah Kemuliaan Nabi Muhammad SAW


BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Sepanjang sejarah umat manusia masalah akhlak selalu menjadi pokok persoalan. Karena pada dasarnya, pembicaraan tentang akhlak selalu berhubungan dengan persoalan perilaku manusia dan menjadi permasalahan utama manusia terutama dalam rangka pembentukan peradaban. Perilaku manusia secara langsung ataupun tidak langsung masib menjadi tolaukur untuk mengetahui perbuatan atau sikap mereka. Wajar kiranya persoalan akhlak selalu dikaitkan dengan persoalan sosial masyarakat, karena akhlak menjadi simbol bagi peradaban suatu bangsa.
Keberhasilan Rasulullah SAW dalam menyebarkan agama Islam benar-benar mengagumkan. Hanya dalam waktu kurang dari 25 tahun beliau berhasil mengubah masyarakat jahiliah yang sangat dekaden menjadi masyarakat yang berperadaban tinggi dan sangat disegani bangsa-bangsa di sekitarnya. Oleh karena itu, program utama dan perjuangan pokok dari segala usaha yang Beliau lakukan ialah pembinaan akhlak mulia yang harus ditanamkan kepada seluruh lapisan dan tingkatan masyarakat, mulai dari tingkat atas sampai tingkat bawah.
Dari hal tersebut, dapat kita ketahui bahwa akhlak dari suatu bangsa itulah yang menentukan sikap hidup dan laku perbuatannya. Apabila suatu bangsa (umat) itu telah rusak, maka hal ini juga akan mempengaruhi akhlak generasi-generasi mendatang. Terlebih lagi jika rusaknya akhlak tersebut tidak segera mendapat perhatian atau usaha untuk mengendalikan dan memperbaikinya.
  1. Rumusan Masalah
1.      Apa itu Akhlak?
2.      Siapakah Nabi Muhammad SAW?
3.      Apakah gelar yang beliau dapatkan dan apakah artinya?
4.      Kesaksian orang-orang musyrik terhadap beliau
5.      Seperti apakah akhlak yang dimiliki oleh nabi Muhammad SAW?
  1. Tujuan
1.      Mengetahui dan mengerti defenisi Akhlak
2.      Memahami Sejarah hidup nabi Muhammad SAW
3.      Dapat memahami dan meneladani akhlak dan budi pekerti nabi Muhammad SAW

  1. Manfaat
1.      Dapat menjadi tambahan pengetahuan, guna sebagai bagian kecil dari   upaya untuk mengintrospeksi Akhlaq pada diri kita masing-masing
2.      Mengembangkan pemikiran yang kritis, terkait permasalahan-   permasalahan akhlaq yang sedang dihadapi
3.      Dapat meneladani dan menitukan akhlak yang dimiliki Rasulullah SAW












BAB 2
PEMBAHASAN
.1.1  Pengertian Akhlak
            Menurut bahasa perkataan akhlak ialah bentuk jamak dari khuluq (khuluqun) yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabi’at.[1]
Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran lebih dahulu. Selain itu, akhlak merupakan satuan ukuran yang digunakan untuk mengukur ketinggian akal dan nurani seseorang.
            Nabi kita Muhammad SAW, adalah orang yang paling sempurna kemuliaan dan keharmonisan dirinya, sehingga Allah memujinya dengan firman: “Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti (berakhlak) yang agung”.(68:4)[2]
            A’isyah berkata, “Akhlak nabi Muhammad SAW adalah al-Qur’an. Beliau menyukai sesuatu yang al-Qur’an menyukainya dan marah terhadap sesuatu yang al-Qur’an membencinya”.
            Nabi bersabda: “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia”.
Anas berkata, “Rasulullah Muhammad SAW adalah sebaik-baik manusia”. Ali ibn Abi Thalib menyampaikan hal yang sama.
1.2  Pembagian Akhlak
            Ada dua jenis akhlak dalam islam, yaitu akhlaqul karimah (akhlak terpuji) ialah akhlak yang baik dan benar menurut syari’at Islam, dan akhlaqul madzmumah (akhlak tercela) ialah akhlak yang tidak baik atau tidak benar menurut islam.[3]

1.3  Siapakah nabi Muhammad SAW?
            Nabi Muhammad SAW adalah rosul terakhir yang diutus oleh Allah SWT. Beliau dilahirkan pada bulan Rabiul Awal, walaupun terdapat perbedaan mengenai tanggalnya. Kalangan syiah menyatakan bahwa beliau lahir pada hari jum’at tanggal 17 Rabiul Awal, sedangkan kalangan Sunni yakin bahwa nabi Muhammad SAW lahir pada hari senin tanggal 12 Rabiul Awal.[4]
1.4 Gelar nabi Muhammad SAW
            Sejak berusia 35 tahun, Muhammad bersatu dengan orang-orang Quraisy untuk memperbaiki Ka’bah. Beliau juga yang memutuskan tentang peletakan Hajar Al-Aswad di tempatnya. Waktu itu, nabi Muhammad SAW sangat dikenal terpuji sehingga kaumnya sangat mencintai Muhammad. Akhirnya beliau mendapatkan gelar Al-Amin yang artinya “orang yang dapat dipercaya”.
            Nabi Muhammad saw hidup sangat sederhana, membenci sifat angkuh serta sombong, menyayangi orang miskin, janda dan anak yatim dengan cara menolong mereka. Ia pun menghindari semua kejahatan yang dilakukan bangsa Arab pada masa itu, seperti meminum minuman keras, berjudi dan lain-lain. Oleh karena itu beliau dikenal dengan As-Sidiq yang artinya “yang benar”.
Menurut para teolog, esensi kenabian adalah Sidiq (benar), amanah, dakwah, cerdas, maksum, dan bebas dari semua kekurangan jasmani dan mental.
1.5 Kejujuran atau kebenaran
            Kejujuran atau kebenaran adalah dasar utama dari kenabian. Tidak ada kebohongan atau tipuan yang pernah terdengar dari mereka, entah itu secara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi.[5]
            Al-Qur’an Menyatakan; Ceritakanlah kisah Ibrahim di dalam al-kitab ini. Sesungguhnya ia adalah orang yang sangat membenarkan lagi seorang Nabi (Q.S. 19:41); dan ceritakanlah kisah Ismail di dalam Qur’an. Sesungguhnya dia adalah seorang yang benar janjinya dan dia adalah seorang Rasul dan Nabi (Q.S. 19:54); dan ceritakanlah Idris di dalam Qur’an, sesungguhnya ia adalah orang yang sangat membenarkan dan seorang Nabi. Dan kami telah mengangkatnya  ke martabat yang tinggi.
            Kebenaran adalah poros kenabian. Tidak mungkin tidak, sebab jika seorang nabi berbohong , maka segala sesuatu yang berhubungan dengan agama ilahi akan mengecewakan. Kebohongan akan meyebabkan orang mempertanyakan misinya.[6] Allah berfirman:
Jika dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan (berbohong) atas nama Kami, niscaya Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian kami potong urat tali jantungya. Maka sekali-kali tidak ada seorangpun dar kamu dapat menghalangi dari pemotongan urat nadi itu (Q.S. 69: 45-47).
1.6 Amanah (dapat Dipercaya)
            Sifat amanah Rosulullah, Nabi Muhammad terpercaya bagi semua ciptaan Allah. Dia setia dan tidak pernah menipu siapapun.
            Allah memilih Rasul karena sifat amanahnya yang mendalam hingga dia sepenuhnya mengabdikan diri untuk menyampaikan risalah Allah dengan jujur. Dia sangat peduli dengan tugasnya sehingga dia mengulang ayat-ayat ketika jibril membacakannya untuk dirinya Allah berfirmah:
Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) al-Qur’an karena hendak cepat-cepat. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkan dan (membuatmu) membacanya. Apabila kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaan itu. Kemudian sesungguhnya atas tanggungan kamilah penjelasannya (Q.S. 75: 16-19).
            Karena Al-Qur’an diturunkan kepadanya sebagai suatu kepercayaan, maka dia menyampaikan kepada orang-orang dengan cara yang sebaik-baiknya. Dia mengabdikan hidupnya untuk tugas suci ini, senantiasa sadar akan tanggung jawabnya.
Peristiwa-peristiwa khusus yang menunjukkan sifat amanah dari Rasulullah, Rasulullah tidak pernah berniat menyembunyikan bahkan satu kata dari Al-Qur’an.[7]
Suatu ketika, karena terganggu melihat seorang sahabat berusaha mengecoh kudanya, Rasul berkata, “Jangan menipu hewan. Jadilah orang yang dipercaya untuk mereka”. Diwaktu yang lain, saat kembali dari perang. Beberapa sahabat mengambil beberapa anak burung dari sarangnya. Induk burung tak lama kemudian kembali, dan karena tidak menjumpai anak-anaknya, terbang berputar-putar dengan gelisah. Ketika Rasulullah diberi tahu hal ini, dia sangat sedih kemudian memerintahkan agar bayi-bayi itu dikembalikan segera. Perintah itu menunjukkan bahwa salah satu tanda amanah adalah tidak mengganggu makhluk hidup.[8]
Hubungan dengan orang lain. Rasulullah adalah dapat dipercaya dan menganjurkan orang lain untuk mengikuti suri tauladannya. Suatu ketika pada sepuluh hari terakhir bulan ramadhan, istrinya Safiyyah, mengunjunginya saat dia sedang berjaga dimasjid. Saat dia menemani istrinya kembali kerumah, dua sahabat kebetulan sedang lewat. Kemudian Rasulullah menghentikan mereka, sambil membuka cadar istrinya, dia berkata:  “Ini istriku Syafiyyah”. Mereka berkata: “Allah melarang berburuk sangka terhadap engkau wahai Rasulullah”. Rasulullah memperingatkan mereka agar tidak berburuk sangka tentang dirinya karena itu bisa menebabkan hilangnya iman dan masuk neraka. Dia memberikan mereka dan kita sautu pelajaran, dengan mengatakan : “setan terus-menerus berputar di dalam darah seseorang.[9]
Amanah adalah sifat esensial dari iman sehingga Rasulullah pernah berkata: “Orang yang tidak dapat dipercaya bukan orang beriman”, mendeskripsikan orang yang beriman sebagai orang yang dapat dipercaya orang-orang untuk menjaga darah dan harta mereka.
Rasul berkata “ Berjanjilah padaku enam hal, maka aku akan menjanjikanmu surga: jika engkau bicara, bicaralah kebenaran; jika engkau berjanji, tunaikanlah; jika suatu dipercayakan kepadamu, jangan melanggarnya; jaga kesucianmu dan jangan melakukan zina; jangan melihat yang diharamkan dan jangan mengambi apa yang diharamkan”.
Bahkan melihat orang yang bukan mukhrimnya dengan nafsu adalah dilarang. Allah berfirman: “ pandanglah sepintas (seperti itu) adalah panah racun dari busur setan. Siapa saja yang menahan diri karena takut kepada-Ku, maka Aku akan menanamkan iman dengan kuat dalam hati mereka agar mereka akan merasakannya”.[10]
1.7 Kelembutan dan Kesabaran Nabi
            Kelembutan dan kesabaran adalah dimensi lain dari sifatnya.  Dia adalah cermin mengkilap di mana Allah merefleksikan Rahmat-Nya. Kelembutan adalah refleksi dari kasih-sayang. Allah menjadikan Rasul-Nya lembut dan halus, dan karena itu membuat dirinya mampu mengajak banyak orang untuk memeluk islam dan mengatasi begitu banyak rintangan.
1.7 Kesaksian orang-orang musyrik pada awal Bi’tsah[11]
            Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dalam shahih-nya dari ibnu Abbas Ra. Dia berkata, tatkala turun ayat:
 “Dan berilah peringatan kepada kaum kerabatmu yang terdekat...(Asy Syu’ara 214)
            Rasulullah SAW segera naik ke atas bukit Shafa, kemudian beliau berseru: “Hai Bani Fihr, Bani Adiy, dan suku Quraisy yang lain..” Beliau memanggil orang-orang dari suku-suku Quraisy sehingga mereka berkumpul. Orang yang berhalangan datang mengutus wakilnya untuk melihat ada apa gerangan. Tibalah Abu lahab bersama beberapa orang Quraisy lainnya, kemudian Rasulullah berkata kepada mereka, “Jika kalian kuberitahu bahwa di lembah sana terdapat pasukan berkuda hendak menyerang kalian, apakah kalian mempercayaiku?” Mereka menyahut, “Ya”, kami belum pernah menyaksikan anda berdusta”. Kemudian beliau melanjutkan, “sesungguhnya aku datang untuk memberi peringatan kepada kalian bahwa di depan kalian terdapat siksa yang keras!” mendengar itu Abu Lahab berteriak, “Binasalah engkau selama-lamanya! Untuk itulah engkau mengumpulkan kami?” maka saat itulah turun surat Al-Lahab.
1.8 Akhlak Rasulullah SAW dalam Kehidupan[12]
Akhlak Rasulullah SAW sebagai seorang manusia secara pribadi, dapat kita contoh dalam kegiatan Beliau sehari-hari, mulai dari cara beliau tidur, makan, minum, berjalan, tersenyum, berbicara, marah, tertawa, beribadah pada-Nya, dan lain sebagainya.


  1. Rasulullah SAW Makan dan Minum
Rasulullah SAW selalu memulai makan atau minum dengan membaca basmalah, menggunakan tangan kanan. Beliau juga sangat memperhatikan kehalalan dan kesederhanaan makanannya. Rasul hanya makan makanan yang dihalalkan oleh-Nya, sedangkan kesederhanaan yang dimaksud di sini adalah dari segi jumlahnya, Beliau tidak makan berlebihan, beliau makan di saat lapar dan berhenti sebelum kenyang.
  1. Rasulullah SAW Tersenyum, dan Berbicara
Rasulullah SAW adalah seorang yang sangat mulia akhlaknya, manis sikapnya, dan sangat terjaga ucapannya. Beliau selalu tersenyum dan menyapa siapa saja yang dijumpainya. Beliau tidak berbicara kecuali yang penuh manfaat, dan menganjurkan lebih baik diam daripada berbicara sia-sia. Cara berbicaranya sangat tenang, sehingga ucapannya jelas, dan tujuannya yang ingin disampaikannya pun bisa dimengerti oleh siapa saja yang menjadi pendengarnya
  1. Rasulullah SAW Berjalan dan Bergaul
Rasulullah SAW selalu berjalan dengan sikap yang wajar dan optimis, tidak bersikap sombong atau takabur di hadapan orang yang ditemuinya. Beliau selalu mendahului untuk menyapa dan mengucapkan salam; jika ada orang yang menyapa maka beliau akan berpaling dengan seluruh tubuhnya menghadap orang yang menyapanya. Beliau juga sangat menjaga pandangan terhadap laki-laki maupun perempuan. Rasul pun melarang berbaurnya laki-laki dan perempuan di jalanan.
  1. Pemalu dan Merendahkan Pandangan Mata
Yang dimaksud pemalu adalah sikap kesopanan yang menjadikan seseorang mamalingkan muka terhadap hal-hal yang tidak disukainya atau dari sesuatu yang sepantasnya. Sedangkan yang dimaksud merendahkan pandangan mata adalah menghindarkan pandangan mata dari sesuatu yang tidak dapat dibenarkan oleh kebanyakan manusia
Nabi Muhammad adalah orang yang paling pemalu dan bersikeras menghindarkan mata nya dari melihat anggota badan yang  bersifat pribadi.
Abu Sa’d al-khudri berkata : “ Rasululallah adalah lebih pemalu daripada gadis pingitan. Ketika beliau tidak menyukai sesuatu, kami segera mengenali dari raut muka nya [13]
  1. Belas Kasih dan Penyayang
Sehubungan dengan belas kasih, lemah lembut dan pembawa rahmat bagi seluruh makhluk, Allah berfirman: “Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan keselamatan bagimu, amat belas kasih lagi penyayang kepada orang-orang mu’min (9:128), dan firmannya: “Dan tidaklah Kami mengutusmu melainkan menjadi rahmat bagi semesta alam” (21:107).
  1. Kerendahan hati nabi
Abu umama berkata : “ Rasululallah SAW datang kepada kami yang sedang bersandar pada sebuah tiang lalu kami berdiri untuk menghormat kedatangan beliau. Kemudian nabi bersabda : “ jangan lah bangkit (berdiri) sebagaimana bangsa perssi berdiri untuk memperlihatkan ketinggian masing-masing”..
Beliau bersabda ; “ saya seorang hamba, saya makan dan wudhu sebagaimana seorang hamba makan dan duduk”.
  1. Selalu tawakal kepada Allah SWT (tercermin ketika nabi muhammad SAW selalu mendapat tantangan dan cobaan disetiap harinya)
  2. Pandai menghargai
Ada sepenggal kisah ketika ada sahabat terlambat datang  ke Majelis nabi. Tempat sudah penuh sesak. Ia meminta izin untuk mendapatkan tempat, namun sahabat yang lain tidak memberinya tempat. Ditengah kebingungannya , rasul memangil nya .
Rasul memintanya duduk di dekatnya. Tidak cukup sampai disitu Rasul melipat sorbannya lalu di berikan kepada sahabatnya tersebut untuk dijadikan alas untuk duduk. Sahabat tersebut dengan berlinang air mata menerima sorban tersebut namun  tidak mennjadikannya alas duduk akan tetapi mencium sorban nabi. Lihat lah bagaimana nabi menghargainya sampai sampai sahabatnya menangis karena tersanjung.
  1. Adil, Jujur dan Terpercaya.
Nabi Muhammad adalah orang yg paling terpercaya, adil, santun dan jujur. Bahkan pihak lawan dan musuhnya mengakui pribadi nabi tersebut sebelum menjadi rasul masyarakat mekah memberinya gelar Al-Amin (Orang Bijak dan Terpercaya). Ibn Ishaq berkata: “Dia mendapatkan gelar Al-Amin lantaran sifat-sifat utama yg dikumpulkan Allah pada dirinya”.
Dalam hal ini Allah berfirman: “Yang ditaati disana (Alam malaikat) lagi terpercaya” (81:21). Sebagian besar Mufassir berpendapat ayat tersebut merujuk pada Nabi Muhammad SAW.[14]

1.9 Kepribadian
Nabi Muhammad SAW memiliki kepribadian yang sangat menarik sehingga semua sahabat mencinntai nya lebih dari apapun yang ada di dunia ini.
Beliau diberi wajah yang menarik dan setiap orang menghormatinya. Sewaktu mudanya, semua orang di kurais menamakannya “Siddik dan Amin dan beliau sangat dihargai dan dihormati oleh semua orang,termasuk para pemimpin Mekkah. Ketika beliau mulai melakukan tugasnya mengajak orang ke jalan Allah, orang kurais mengirim Utba bin Rabia padanya untuk mencari suatu kompromi. Ketika Utba berbicara padanya dan Muhammad membacakan beberapa ayat padanya , Utba kembali dan mengatakan pada kaumnya orang kurais, “Turutilah nasihatku dan jangan ganggu beliau”.
Mereka berkata, “ Nabi telah menyihirmu dengan lidahnya”
Nabi memiliki kepribadian dan kekuatan bicara yang demikian memikat dan menonjol, sehingga siapapun yang pergi kepadanya pasti akan kembali dengan keyakinan akan ketulusan dan kejujuran pesannya.[15]
1.10 Kebijaksanaan terhadap Bangsa Yahudi
Sifat-sifat Muhammad sendiri yang  pengasih, rendah hati, baik dan ramah menyebabkan beliau disukai oleh banyak orang yahudi dan memperoleh tempat terhormat dan terpandang mereka. Karena sifat-sifat yang mulia inilah Muhammad dapat mengadakan suatu perjanjian pertahanan bersama dengan orang yahudi Mekkah. “Hai Nabi! Ajaklah orang-orang untuk mengikuti jalan Tuhanmu dengan bijaksana dan bahaslah segala sesuatu dengan mereka  dengan cara yang sebaik munkin” (16:125)[16]
Nabi telah menjalankan kebijaksanaan yang bersahabat terhadap orang Yahudi, yang didasarkan pada kebijaksanaan, keharusan dan kebutuhan pada waktu itu. Sesungguhnya, beliau sangat lembut, ramah dan baik pada mereka dan berusaha sakuat tenaga untuk mendapatkan persahabatan dan dukungan mereka.
Beliau memperlakukan mereka dengan baik, dan menghargai mereka sebagai pengikut kitab suci yang terhormat, namun mereka namun mereka tidak memperdulikan kemauan baiknya, dan bahkan melanggar perjanjian yang dibuat dengan nabi dan melakukan segala jenis kegiatan bermusuhan, pengkhianatan, agresi dan persekongkolan dengan musuh pihak muslim[17]

1.11 Penilaian atas diri Muhammad sebagai seorang Pemimpin Militer
Muhammad adalah seorang utusan Tuhan dan seorang pendidik bagi ummat manusia yang ingin mengajarkan pada ummat pada ummat manusia jalan hidup yang betul dan membimbingnya ke jalan kebenaran, kebaikan, keadilan dan perdamaian.[18]















BAB III
PENUTUP
  1. Kesimpulan
Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran lebih dahulu. Selain itu, akhlak merupakan satuan ukuran yang digunakan untuk mengukur ketinggian akal dan nurani seseorang.
Nabi kita Muhammad SAW, adalah orang yang paling sempurna kemuliaan dan keharmonisan dirinya, sehingga Allah memujinya dengan firman: “Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti (berakhlak) yang agung”.

  1. Saran
Alangkah baiknya setelah kita mempelajari dan mempahami ahlak nabi muhammad, dan kita meladani ahlak nabi dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk amalan perbuatan.  


















DAFTAR PUSTAKA

Malik,Abdul ali al-kulaib.1992.’Alamatun Nubuwwah.Jakarta:Gema Insani Press
Ibn Musa Al yahsubi,Qodi ‘Iyad.2002. Keagungan kekasih Allah Muhammad SAW.Jakarta:PT.RajaGrafindo Persada.
Azra,Asyumardi.2002.Kehidupan rosulullah Muhammad SAW.Jakarta:PT.RajaGrafindo Persada.
www.AnneMone.blogspot.com
www.IslamInstitutNews.com
Mustofa,Ahmad.1997.Akhlak Tasawuf.Bandung:Pusaka Setia
Abdullah,Yatimin.2007.Study Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an.Jakarta:Amzah
M. Fethullah Gulen. 2002.Versi Terdalam Kehidupan Rasul Allah Muhammad SAW .Jakarta: Pt. RajaGrafindo Persada.Terj: Tri Wibowo Budi Santoso.
Rahman afzalur. 1991.Nabi Muhammad sebagai seorang Pemimpin Militer (Jakarta BUMI ASKARA agustus)



[1] A. Mustofa, Akhlak Tasawuf,(Bandung:Pusaka Setia, 1997), hlm. 11.
[2] Qody Iyad Ibn Musa Al Yahsubi, Keagungan Kekasih Allah Muhammad SAW, (Jakarta:PT.RajaGrafindo Persada, 2002), Hlm 82.
[3] Yatimin Abdullah, M.A, Study Akhlak dalam Perspektif Al-qur’an,(Jakarta:Amzah, 2007), hlm 12.
[4]  AnneAhira.com diakses tanggal 09 september 2014,17:27 wib
[5] M. Fethullah Gulen, Versi Terdalam Kehidupan Rasul Allah Muhammad SAW (Jakarta: Pt. RajaGrafindo Persada, 2002),Terj: Tri Wibowo Budi Santoso, Hal 35
[6] Ibid., Hal 39
[7] Ibid., Hal 62-63.
[8] Ibid., Hal 65
[9] Ibid., Hal 64
[10] Ibid., Hal 70-71
[11] Malik Ali Al Kulaib Abdul, ‘Alamatun Nubuwaah,(Jakarta:Gema Insani press,1992),hal 38
[12] AnneMone.blogspot.com, diakses 09 september 2014,17:20 wib
[13]Qody ‘Iyad Ibn Musa Al Yahsubi,op.cit.,Hlm 99
[14]Ibid.,Hlm. 112-113
[15]Rahman afzalur, ‘ Nabi Muhammad sebagai seorang Pemimpin Militer (Jakarta BUMI ASKARA agustus 1991 .Penerjemah ‘anas siddik ‘ Hal
[16] Ibid.,hlm:268
[17] Ibid., hlm 271
[18] Ibid.,hlm 315

Post a Comment

0 Comments