Kerangka Berfikir Ilmiah (IAD/IBD/ISD)

PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Secara garis besar berpikir dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: berpikir alamiah dan berpikir ilmiah. Berpikir alamiah, pola penalaran yang berdasarkan kebiasaan sehari-hari dari pengaruh alam sekelilingnya. Materi Kerangka berfikir ilmiah atau epistemologi merupakan cabang filsafat ilmu yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Epistemologi membahas secara mendalam proses-proses yang terlihat dalam usaha manusia untuk memperoleh pengetahuan.

1.2  Rumusan Masalah
a.       Apa itu berfikir?
b.      Defenisi dari defenisi.
c.       Mahzab Berfikir.

1.3  Tujuan Penulisan
a.       Untuk menggali informasi mengenai kerangka berfikir ilmiah.
b.      Menyelesaikan tugas ISD/IAD/IBD.


\



PEMBAHASAN
2.1  Defenisi
Sebelum mengetahui apa itu pengertian atau defenisi dari kerangka berfikir ilmiah, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa itu defenisi. Defenisi pertama dari kata defenisi, adalah membatasi sesuatu, sehingga kita dapat memiliki pengertian terhadap sesuatu. Jadi  dari  adalah memberikan pengertian/penjelasan tentang sesuatu hal dan disertai dengan batasan-batasan, sehingga hal tersebut menjadi jelas. Dapat disimpulkan bahwa inti  yang pertama ini adalah menjelaskan sesuatu yang terbatas. Konsekwensinya, jika sesuatu tidak terbatas maka tidak dapat didefenisikan. Defenisi yang kedua dari kata defenisi adalah menjelaskan sesuatu denga beberapa pendekatan, sehingga sesatu itu jelas.[1]
Setelah mengetahui apa itu defenisi, maka kita dapat mencoba untuk mendefenisikan diatas yaitu kerangka berfikir ilmiah.
Kerangka adalah suatu yang menyusun atau menopang yang lain, sehingga sesuatu yang lain dapat berdiri dan Berfikir merupakan gerak akal dari satu titik ketitik yang lain atau bisa juga gerak akal dari pengetahuan yang satu kepengetahuan yang lain. Pengetahuan pertama kita adalah ketidaktahuan (kita tahu bahwa diri kita sekarang tidak mengetahui sesuatu), pengetahuan yang kedua adalah tahu (kemudian kita mengetahui apa yang sebelumnya tidak kita tahu). Wajar kemudian ada juga yang mendefenisikan berfikir sebagai gerak akal dari tidak tahu menjadi tahu. Jadi inti dari ini adalah gerak akal.
Ilmiah adalah sesuatu hal/penyataan yang bersifat keilmuan yang sesuai dengan hukum-hukum ilmu pengetahuan. Atau sesuatu yang dapat dipertanggung jawabkan, dengan menggunakan metode Ilmiah (Prosedur atau langkah-langkah sistematis yang perlu diambil guna memperoleh pengetahuan yang didasarkan atas uji coba hipotesis serta teori secara terkendali). Satu hal yang menjadi garis bawah adalah “kebenaran ilmiah tidak mutlak, melainkan bersifat sementara, relatif, metodologis, pragmatis, dan fungsionalis, dan pasti Epistemologis.[2]
Materi Kerangka berfikir ilmiah atau epistemologi merupakan cabang filsafat ilmu yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Epistemologi membahas secara mendalam proses-proses yang terlihat dalam usaha manusia untuk memperoleh pengetahuan.[3]Adanya pola-pola dasar atau desain atau kerangka yang dilakukan oleh aktivitas jiwa dalam menemukan suatu pengetahuan memerlukan suatu objek pengetahuan dan instrumen untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Bertambahnya pengetahuan seiring dengan proses perkembangan pola pikir manusia diawali dengan rasa ingin tahu tentang benda-benda di sekelilingnya, alam sekitar, bulan, bintang dan matahari yang dipandangnya, bahkan rasa ingin tahu tentang dirinya sendiri. Adanya kemampuan berfikir manusia menyebabkan rasa ingin tahunya selalu berkembang. Dengan kemampuan berfikir manusia dapat mendayagunakan pengetahuannya yang terdahulu dan kemudian menggabungkan dengan pengetahuannya yang diperoloeh hingga menghasilkan pengetahuan yang baru. Pengetahuan yang ingin dicari atau didapatkan tentunya bersumber pada kebenaran. Tahu yang memuaskan manusia adalah tahu yang benar. Tahu yang tidak benar disebut keliru. Jika suatu pengetahuan yang terdahulu mengalami kekeliuran maka sudah pasti terdapat suatu kebenaran sesudahnya. Kekeliruan tentunya akan memberikan dampak yang negatif bagi manusia sehingga mereka meninggalkan suatu kekeliruan. Asumsi awal manusia mendapatkan pengetahuan secara empirik melalui pengamatan dan pengalaman.
Secara garis besar berpikir dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: berpikir alamiah dan berpikir ilmiah. Berpikir alamiah, pola penalaran yang berdasarkan kebiasaan sehari-hari dari pengaruh alam sekelilingnya.[4]Berpikir merupakan suatu aktivitas pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu tujuan. Manusia berpikir untuk menemukan pemahaman atau pengertian, pembentukan pendapat, dan kesimpulan atau keputusan dari sesuatu yang kita kehendaki.
2.2 Kemutlakan dan Relativitas.
Secara social, kaum sophis ini (Sphis = arif, pandai) menimbulkan gejolak negative dimasyarakat pada zamanny karena tidak ada lagi yang dapat dipercaya. Memang konsekwensi dari relativitas adalah hilangnya kepercayaan. Disaat seperti inilah muncul tokoh Socrates (± 470-399 SM) yang menggugurkan asumsi-asumsi yang dibangun oleh kaum sophis.
Ada beberapa kelemahan sofisme. Pertama, kontradiksi dengan dirinya, misalnya pernyataan bahwa “semua relative”. Jika dikembalikan, apakah pernyataan bahwa “semua relative” itu relative atau mutlak. Kemungkinan jawabannya adalah jika dikatakan “pernyataan tersebut termasuk relative”, maka pernyataan ini munggugurkan dirinya. Artinya pernyataan ini juga relative. Kalua relative artinya belub dapat dijadikan sandaran kemutlakan. Sebagai contoh, pernyataan “dilarang berbahasa Indonesia” adalah pernyataan yang menggurkan dirinya karena pernyataan ini sendiri berbasa Indonesia. Jika kemudian jawabanya adalah semua relative kecuali relative itu, maka mau tidak mua mengakui adanya kemutlakan.
Kelemahan kedua adalah sofisme tidak memiliki pijakan teori yang jelas, sehingga turunan dari prinsip berpikirnya juga menjadi tidak jelas. Setahu penulis, sofisme tidak lain dari kebingungan, kegundaan karena tidak memiliki system berpikir yang komprehensif. Cara kerja sofisme sagat sederhana, menciptakan antitesa dari sebuah pernyataan dalam bahasa keraguan. Akibatnya adalah munculnya keraguan baru dan tak mampu menjawab masalah.[5]
2.3 Mahzab Berfikir
a.      Emperikal
Bertanya tentang apa itu benar, benar adalah kesesuaian antara ide dan realitas (ada). Lantas apa itu ada?, John lock sesuatu itu ada karena dapat di pantau oleh panca indra (memikili wujud), berarti adanya kamu hari ini adalah ada sedangkan yang kemarin tidak ada karena tidak dapat di tampilkan keberadaanmu. (Berarti kamu ada hari ini atau hari kemarin?). apakah benar bahwa sesuatu yang ADA harus berlandaskan panca indra, Namun panca indra tidak dapat di jadikan sebagai landasan kebenaran absolud karena indra pada dasarnya menipu.[6]
b.      Idealisme
Tokohnya plato. Kebenaran sebenarnya sudah ada, kebenaran itu ada dalam ide, segala sesuatu berasal dari alam ide (metafisika), kita pada awalnya berada di alam ide, sedangkan realitas sekarang adalah sekedar mengingat kembali dari alam ide. Teori ini gugur oleh kaum rasionalisme, mana mungkin sesuatu yang tidak terbatas di batasi oleh sesuatu yang memiliki batasan. (renedekartes).
c.       Skriptualis
Semua ajaran memiliki ajaran yang benar jadi kebenarannya lebih dari satu.Kaum skriptualis mencari kebenaran berlandaskan kitab suci sehingga konsekwensinya terjadi klaim-klaim kebenaran, Dari mana anda mengetahui Tuhan itu ada? Dari kitab berarti yang mengadakan tuhan adalah kitab. Jangan sampai semua ritual yang ada hanya sebatas dogma belaka.
d.      Silogisme
Deduksi : setiap mahluk hidup pasti akan mati, rahman adalah mahluk hidup jadi rahman pasti akan mati.  Kenapa tuhan tidak dapat di liat, karena tuhan sangat dekat dengan sumber penglihatan kita maka kita tidak melihatnya, Tuhan tidak dapat di lihat karena tuhan mahabesar, sesuatu yang maha besar pasti tidak dapat di liat, Tuhan tidak dapat menampakan dirinya karena kalau di kalau di tampakan maka harus di sandingkan, sedangkan Tuhan tidak memiliki sandingan,  (contoh siang di sandikan denang malam).
Ada tiga macam “ADA” oleh Ibnu sina
1.      Wajib ada/ WUJUD (hujan itu wajib ada maka tidak ada kehidupan)
2.      Mungkin ada/ WUJUD (manuaia berkepala babi)
3.      Mustahil adanya/ WUJUD (manusia yang setinggi langit).









PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara garis besar berpikir dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: berpikir alamiah dan berpikir ilmiah. Berpikir alamiah, pola penalaran yang berdasarkan kebiasaan sehari-hari dari pengaruh alam sekelilingnya. Kerangka adalah suatu yang menyusun atau menopang yang lain, sehingga sesuatu yang lain dapat berdiri dan Berfikir merupakan gerak akal dari satu titik ketitik yang lain atau bisa juga gerak akal dari pengetahuan yang satu kepengetahuan yang lain.Ilmiah adalah sesuatu hal/penyataan yang bersifat keilmuan yang sesuai dengan hukum-hukum ilmu pengetahuan. Atau sesuatu yang dapat dipertanggung jawabkan, dengan menggunakan metode Ilmiah (Prosedur atau langkah-langkah sistematis yang perlu diambil guna memperoleh pengetahuan yang didasarkan atas uji coba hipotesis serta teori secara terkendali).










DAFTAR PUSAKA
Ahmaddahlan, Hijau hitam .materi basic training himpunan mahasiswa islam.https://hijauhitamahmaddahlan.wordpress.com/2011/07/21/materi-basic-training-himpunan-mahasiswa-islam/#more-12
Hasnawi2 PrologMardiyyah, Kerangka berfikir Ilmiah,http://id.netlog.com/akbal_tkj/blog/blogid=24743



[1]Hijau titam maddahlan, materi basic training himpunan mahasiswa islam, https://hijauhitamahmaddahlan.wordpress.com/2011/07/21/materi-basic-training-himpunan-mahasiswa-islam/#more-12,  diakses 06-oktober-2015, 13:59 wib.
[2]Ebi ardiansyah, Materi kerangka berfikir Ilmiah, http://ebhyardiansyah.blogspot.co.id/2013/05/materi-kerangka-berfikir-ilmiah.html, diakses 06-oktober-2015, 13:57 wib.

[3]Mardiyyah Hasnawi2 Prolog, KerangkaberfikirIlmiah,http://id.netlog.com/akbal_tkj/blog/blogid=24743, diakses 06-oktober-2015, 14:08 wib.

[4]Joko winarto, berfikir,http://www.kompasiana.com/jokowinarto/berpikir_55018ec1a333117f72513579,  diakses 06-oktober-2015, 14:25 wib.
[5]Ibid,. Hijau hitam ahmad dahlan
[6]Morisama fahreza, kerangka berfikir ilmiah, http://morisamafahreza.blogspot.co.id/2012/01/kerangka-berpikir-ilmiah.html, diakses 06-oktober-2015, 14:52 wib.

Post a Comment

1 Comments

Terima Kasih telah berkunjug ke Artikel Saya, Silahkan Komnetar di Halaman bawah ini. Jadilah Pengutip yang Baik.