IBU, PRESTASI BELAJARKU MATI GARA-GARA MEDIA!
Proses pembelajaran atau kegiatan bealajar mengajar, terutama yang
terjadi di dalam kelas, merupakan suatu proses yang sangat kompleks bila
dilihat dari faktor-faktor pendukung yang dapat mempengaruhi keberhasilannya.
Mulai dari faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik selaku objek
pembelajaran (menurut pendekatan Humanistik). Sering dikenal dengan istilah
faktor internal. Sampai pada faktor yang berasal dari luar diri peserta didik
yang sering dinamakan faktor eksternal. Salah satu faktor eksternal yang dapat
mempengaruhi keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar adalah adanya media
pembelajaran yang proporsional.
Pertanyaan selanjutnya yang muncul dalam benak kita adalah apa sih
sebenarnya media itu?. Lalu apa itu media pembelajaran?. Serta mengapa ia bisa
begitu berpengaruh pada tercapainya keberhasilan kegiatan pembelajaran?.
Secara bahasa, kata media berasal dari bahasa Yunani Medium yang
berarti pertengahan atau perantara. Sedangkan menurut AECT (1977), media
diartikan sebagai segala bentuk yang digunakan untuk menyalurkan informasi.
Robert Hanick, dkk (1986) mendefinisikan media adalah sesuatu yang digunakan
untuk membawa informasi antara sumber (source) dan penerima (receiver)
informasi. Dari beberapa pengertian tersebut dapat kita garis bawahi bahwa
media adalah perantara dari sumber informasi ke penerima informasi, contohnya
video, televisi, komputer, dan lain sebagainya.
Semua media tersebut di atas merupakan media manakala digunakan
untuk menyalurkan informasi yang akan disampaikan kepada penerima. Misalkan
seorang kepala desa yang ingin mengajak warganya untuk kerja bakti pada hari
dan waktu tertentu, maka ia menuliskan ajakannya tersebut di papan pengumuman
desa. Maka dalam konteks ini papan pengumuman tersebut merupakan media bagi
kepala desa. Dari penjelasan tersebut, maka media itu adalah perantara untuk
menyampaikan pesan tertentu dari pengirim ke penerima pesan.
Selanjutnya apa itu media pembelajaran?
Menurut Rossi dan Breidle (1966), media pembelajaran adalah
sseluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan seperti
radio, televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya. Menurut Aji Nursyamsi
(2011), media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk
menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan
kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang
disengaja, bertujuan, dan terkendali. Sedangkan menurut Briggs (1977) media pembelajaran
adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku,
film, video dan sebagainya. Kemudian menurut National Education Associaton (1969) mengungkapkan
bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar,
termasuk teknologi perangkat keras.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian media
secara umum dengan media pemelajaran adalah sama, yakni perantara untuk
menyalurkan pesan antara pengirim dan penerima pesan. Namun yang membedakan
antara keduanya terletak pada pesan atau isi informasi yang ingin disampaikan.
Artinya alat apa pun itu asal berisi tentang pesan-pesan pendidikan maka ia
termasuk ke dalam media pendidikan atau media pembelajaran.
Berkaca dari pengertian media pembelajaran yang berperan sebagai
perantara seperti dalam uraian di atas, berarti media pembelajaran memainkan
peran yang sangat berpengaruh demi tercapainya tujuan serta keberhasilan
belajar. Dahulu, ketika teknologi khususnya teknologi informasi belum
berkembang seperti sekarang ini; ketika ilmu pengetahuan belum sepesat ini,
proses pembelajaran biasanya berlangsung pada tempat dan waktu tertentu. Proses
pembelajaran sangat bergantung pada guru sebagai satu-satunya sumber belajar.
Sehingga dalam kondisi seperti ini, akan ada proses belajar manakala ada guru.
Dewasa ini, ketika ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat
pesat, siswa dapat belajar dimana saja, kapan saja, dan apa saja sesuai dengan
bakat dan minatnya. Dalam kondisi semacam ini, guru tidak lagi berperan sebagai
satu-satunya sumber belajar, akan tetapi lebih berperan sebagai desainer pembelajaran.
Sehingga diharapkan dapat menciptakan proses belajar nyang mampu mengubah
perilaku siswa berkat adanya pengalaman. Baik itu berupa pengalaman langsung
maupun pengalaman tidak langsung. Contohnya, agar siswa dapat belajar bagaimana
cara mengoperasikan komputer, maka guru menyediakan komputer untuk digunakan
oleh siswa.
Namun demikian, pada kenyataannya tidak semua bahan pembelajaran
dapat disajikan secara langsung. Untuk belajar tentang bagaimana kehidupan
makhluk hidup di dasar laut, tidak mungkin guru membimbing siswa langsung
menyelam ke dasar lautan, atau membelah dada manusia hanya untuk mempelajari
cara kerja organ tubuh manusia, seperti cara kerja jantung ketika memompa
darah. Untuk memberikan pengalaman belajar semacam ini, guru memerlukan alat
atau media seperti film atau foto-foto dan sebagainya (Sanjaya, 2012: 63).
Demikian juga halnya untuk memberikan keterampilan membedah atau
melakukan operasi pada manusia, pertama kali tidak perlu melakukan langsung,
akan tetapi dapat menggunakan benda semacam boneka yang mirip dengan manusia
sebagai media belajarnya. Atau untuk memperoleh keterampilan mengemudikan
pesawat ruang angkasa, dalam proses pembelajarannya dapat melakukan simulasi
terlebih dahulu dengan pesawat yang mirip dan memiliki karakteristik yang sama.
Semua alat yang dapat membantu proses belajar inilah yang dimaksud media
pembelajaran. Dengan demikian dapat kita lihat sendiri betapa pentingnya peran
yang dimainkan oleh media pembelajaran tersebut (Sanjaya, 2012: 63).
Akan tetapi, dibalik perannya yang cukup vital tersebut ternyata
media pembelajaran justru mampu menjadi bumerang bagi tercapainya keberhasilan
proses pembaljaran itu sendiri. Ia dapat menjadi semcam toksin yang ternyata mampu
membunuh keberhasilan dan prestasi belajar siswa. Ibarat sebuah pribahasa,
“terciprat muka sendiri”, media juga justru dapat mengganggu jalannya proses
pembelajaran. Sehingga akhirnya proses pembelajaran akan berjalan kurang
efektif, membosankan siswa, serta memadamkan minat san semangat belajar siswa,
yang pada akhirnya dapat membunuh prestasi belajarnya.
Hal tersebut dapat terjadi jika guru selaku orang yang paling
bertanggung jawab agar berlangsungnya proses pembelajaran tidak mampu
memanfaatkan media pembelajaran dengan baik. Selain itu hal lain yang dapat
menyebabkan media menjadi racun yang mampu membunuh daya kreativitas bahkan
prestasi belajar siswa ialah jika terjadi hal-hal berikut:
1.
Guru
dalam menggunakan media hanya dilihat dari aspek kepentingannya saja. Tidak
memperhatikan apakah media yang ia gunakan dapat membantu siswa.
2.
Media
yang digunakan guru tidak mampu diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Melainkan media tersebut digunakan guru hanya untuk menghibur dan mengisi waktu
saja.
3.
Media
yang digunakan guru tidak bervariasi sesuai dengan kebutuhan materi yang
bersangkutan. Padahal setiap materi pelajaran mempunyai kekhasan dan
kekompleksan tersendiri.
4.
Media
yang digunakan guru tidak sesusai dengan minat, kebutuhan dan kondisi siswa.
Misalnya guru memaksakan menggunakan media audial sedangkan ada beberapa
siswanya yang akan mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran jika
menggunakan media tersebut.
5.
Guru
belum mampu mengoperasikan dengan baik media yang ia pilih.
Untuk menghindari terjadinya hal-hal yang dapat membunuh prestasi
siswa seperti yang dijelaskan di atas, guru harus senantiasa memperhatikan
prinsip-prinsip dalam menggunakan media berikut:
1.
Media
digunakan dan diarahkan untuk mempermudah siswa belajar dalam upaya memahami
materi pelajaran.
2.
Media
yang digunakan guru harus sesuai dan diarahkan untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
3.
Media
yang digunakan harus sesuai dengan materi yang diajarkan.
4.
Media
yang digunakan harus sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kondisi siswa.
5.
Media
yang digunakan harus memperhatikan aspek efektivitas dan efisiensi.
6.
Media
yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan guru dalam mengoperasikannya.
(Sanjaya, 2012: 75-76)
Media pembelajran yang berkembang sekarang diharapkan dapat
membantu dan mempermudah kerja guru dalam upaya memberikan pengalaman belajar
kepada siswa agar terciptanya perubahan tingkah laku seperti yang diharapkan
dalam tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Bukan sebaliknya malah menjadi
mesin pembunuh yang dapat mematikan minat belajar siswa yang pada akhirnya akan
membunuh prestasi belajarnya.
Berangkat
dari kekhawatiran itulah yang akhirnya mendorong para pakar pendidikan dan
pengembang kurikulum untuk menjadikan media pembelajaran ini menjadi suatu mata
kuliah khusus yang harus diberikan kepada para calon guru di setiap PTK.
Termasuk di IAIN Raden Fatah yang ada di Palembang ini..
0 Comments
Terima Kasih telah berkunjug ke Artikel Saya, Silahkan Komnetar di Halaman bawah ini. Jadilah Pengutip yang Baik.