Makalah ISTIHSAN

PEMBAHASAN
ISTIHSAN
1.Pengerrtian Istihsan
Istihsan menurut bahasa berasal dari kata (إِسْتَحْسَنَ – يَسْتَحْسِنُ – إِسْتِحْسَاًنا) yang berarti (طَلَبُ الْحَسَنِ) mencari kebaikan.berarti menganggap baik atau mencari yang baik.
Menurut  imam Abu al Hasan al Karkhi istihsan ialah penetapan hukum dari seorang mujtahid terhadap suatu masalah yang menyimpang dari ketetapan hukum yang diterapkan pada masalah-masalah yang serupa, karena ada alasan yang lebih kuat yang yang menghendaki dilakukannya penyimpangan itu. Di antara definisi definisi Istihsan definisi ini adalah yang paling kena dalam menjelaskan hakikat istihsan dalam pandangan mazhab hanafi sebab definisi tersebut bisa mencakup istihsan serta dapat menyentuh pada asas dan inti penegertian nya. Asas yang dimaksuda adalah adanya  diktum hukum yang menyimpang dari kaedah yang berlaku karna ada faktor lain yang mendorong kertekaitan nya dengan kaedah itu yang di pandang justru akan lebih dekat pada tujuan syara. Di banding seadaian nya tetap terpaku dan berpegang tegu pada kaedah di atas.
Definisi itu memberikan gambaran bahwa istihsan, apapun bentuk maupun macamnya. Terbatas pada masalah juziyah. Dengan kata lain. Seorang ahli fiqih dalam memecahkan masalah juziyyah itu terpaksa mengunakan dalil istihsan agar tidak terjadi pemakaian kaedah yang lain tidak lain adalah qiyas secara berlebihan  ( melampaui batas ) hingga terjauh dari ruh dan makna syara








2 Dasar Hukum Istihsan

Dasar Istihsan terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadis Rasullah SAW antara lain :
dasarnya dalam Al Qur’an:

الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ أُوْلَئِكَ الَّذِينَ هَدَاهُمُ اللَّهُ وَأُوْلَئِكَ هُمْ أُوْلُوا الْأَلْبَابِ

Artinya “Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya*. mereka Itulah orang-orang yang Telah diberi Allah petunjuk dan mereka Itulah orang-orang yang mempunyai akal”. (QS.Az-Zumar: 18) 

Maksudnya ialah mereka yang mendengarkan ajaran-ajaran Al Quran dan ajaran-ajaran yang lain, tetapi yang diikutinya ialah ajaran-ajaran Al Quran Karena ia adalah yang paling baik.Dalil yang lain

وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ هُوَ اجْتَبَاكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِن             حَرَجٍ
            
Artinya: “Dan berjihadlah engkau di jalan Allah (dalam agama)dengan jihad yang sebenar-banarnya.dia telah memilih engkau dan Dia sama sekali tidak menjadikan kesempitan bagimu dalam agama”. (QS:Al-Hajj: 78) 
3 ߃̍ムª!$# ãNà6Î/ tó¡ãŠø9$# Ÿwur ߃̍ムãNà6Î/ uŽô£ãèø9$# ..........
Artinya : Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki
kesukaraan bagimu ( QS . Al-Baqarah 185 )

عَنْ أَنَس رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: “خَيْرُ دِيْنِكُمْ أَيْـسَرَهُ وَ خَيْرَ الْعِـبَادَةِ الْفِقْهُ.” (رواه ابن عبد البر)

Anas ra berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Sebaik-baiknya agamamu adalah yang lebih mudah ajarannya, dan sebaik-baiknya ibadah adalah yang dipahami syarat-rukunya.”(HR. Ibnu Abdul Bar)

3. Macam-macam Istihsan
Ditinjau dari segi pengertian istihsan menurut ulama ushul fiqh di atas, maka istihsan itu terbagi atas dua macam, yaitu:
  1. Pindah dari qiyas jali kepada qiyas khafi, karena ada dalil yang mengharuskan pemindahan itu.
  2. Pindah dari hukum kulli kepada hukum juz-i, karena ada dalil yang mengharuskannya. Istihsan macam ini oleh Madzhab Hanafi disebut istihsan darurat, karena penyimpangan itu dilakukan karena suatu kepentingan atau karena darurat.
Contoh istihsan macam pertama:
  1. Menurut Madzhab Hanafi: sisa minuman burung buas, seperti sisa burung elang burung gagak dan sebagainya adalah suci dan halal diminum. Hal ini ditetapkan dengan istihsan. Menurut qiyas jali sisa minuman binatang buas, seperti anjing dan burung-burung buas adalah haram diminum karena sisa minuman yang telah bercampur dengan air liur binatang itu diqiyaskan kepada dagingnya. Binatang buas itu langsung minum dengan mulutnya, sehingga air liurnya masuk ke tempat minumnya. Menurut qiyas khafi bahwa burung buas itu berbeda mulutnya dengan mulut binatang huas. Mulut binatang buas terdiri dari daging yang haram dimakan, sedang mulut burung buas merupakan paruh yang terdiri atas tulang atau zat tanduk dan tulang atau zat tanduk bukan merupakan najis. Karena itu sisa minum burung buas itu tidak bertemu dengan dagingnya yang haram dimakan, sebab diantara oleh paruhnya, demikian pula air liurnya. Dalam hal ini keadaan yang tertentu yang ada pada burung buas yang membedakannya dengan binatang buas. Berdasar keadaan inilah ditetapkan perpindahan dari qiyas jali kepada qiyas khafi, yang disebut istihsan.
Contoh istihsan macam kedua
2.      Syara' melarang seseorang memperjualbelikan atau mengadakan perjanjian tentang sesuatu barang yang belum ada wujudnya, pada saat jual beli dilakukan. Hal ini berlaku untuk seluruh macam jual beli dan perjanjian yang disebut hukum kuIIi. Tetapi syara' memberikan rukhshah (keringanan) kepada pembelian barang dengan kontan tetapi barangnya itu akan dikirim kemudian, sesuai dengan waktu yang telah dijanjikan, atau dengan pembelian secara pesanan (salam). Keringanan yang demikian diperlukan untuk memudahkan lalu-lintas perdagangan dan perjanjian. Pemberian rukhshah salam itu merupakan pengecualian (istitana) dari hukum kulli dengan menggunakan hukum juz-i, karena keadaan memerlukan dan telah merupakan adat kebiasaan dalam masyarakat.
Ditinjau dari segi sandarannya, maka istihsan terbagi kepada
  1. Istihsan dengan sandaran qiyas khafi;
  2. Istihsan dengan sandaran nash;
  3. Istihsan dengan sandaran darurat.'urf; dan
  4. Istihsan dengan sandaran keadaan
4.Kehujahaa Istihsan
Ulama berselisih pendapat tentang kehujahan al-istihsan. Sebahagian ulama menerima istihsan sebagai hujah akan tetapi sebahagian lagi tidak menerima istihsan sebagai hujah.

1. Ulama yang menolak
              Imam Syafi`ie dan ulama Syafie serta sebahagian ulama Hanbali menolak berhujah dengan al-istihsan, dan ia tidak boleh digunakan sebagai dalil untuk mengeluarkan sesuatu hukum. Mereka menolak al-istihsan sebagai hujah berdasarkan ayat al-Quran yang bebunyi:
………..«Aqߧ9$# u r !$#n<Î) çnrŠãsù  &äóÓx« Îû Läêôãt»uZs? bÎ*sù………
Artinya : Kemudian jika kamu berbantah-bantah (berselisih) dalam sesuatu perkara, maka hendaklah kamu mengembalikannya kepada kitab Allah yakni Al-Quran dan Sunnah Rasul-Nya (Surah al-Nisa 4 : 59).
Istihsan bukanlah sebahagian daripada al-Quran atau Hadis dan tidak ada sebarang dalil yang menunjukkan ia diterima sebagai hujjah. Oleh itu, menggunakan istihsan sebagai dalil bererti mengeluarkan hukum yang berlawanan dengan hukum al-Quran dan Hadis.
Sekiranya mujtahid boleh mengeluarkan hukum yang tiada nas dalam al-Quran dan Hadis berdasarkan setiap yang dikira baik pada akal mereka, maka sudah tentu orang awam juga boleh berbuat begitu, sedangkan ijmak ulama’ menyatakan bahawa orang awam tidak harus berbuat begitu. Selain itu, Imam Syafi`e berpendapat bahawa berhujjah dengan al-Istihsan bererti menetapkan hukum berdasarkan nafsu dan fikiran, sedangkan yang berhak membuat hukum hanyalah Allah sahaja. (Ruzian Markom 2004)
2. Ulama yang menerima
Ulama mazhab Hanafi, Imam Malik dan sebahagian ulama mazhab Hanbali menerima konsep berhujjah dengan al-istihsan dan menggunakannya sebagai dalil hukum. Antara hujah mereka ialah;
a)    Sabda Nabi S.A.W

ما راه المسلمون حسنا فهو عند الله حسن ، وما راه المسلمون قبيحا فهو عند الله قبيح
Maksudnya ; Apa yang dinilai oleh orang-orang Islam itu baik, maka ia adalah
baik di sisi Allah. Dan apa yang dinilai oleh orang-orang Islam itu buruk, maka ia adalah buruk di sisi Allah.(Riwayat al-Bukhari)
Nash ini menunjukkan bahawa setiap yang baik pada umat manusia adalah baik di sisi Allah. Dasar penggunaan al-istihsan sebagai hujah adalah bertujuan untuk memelihara kemaslahatan atau kebaikan orang Islam. Oleh yang demikian, dengan merujuk kepada dalil hadith ini dan tujuan al-istihsan itu sendiri, maka boleh disimpulkan istihsan boleh digunakan sebagai hujah.
b)   Dalil Ijmak
Antara contoh penggunaan al-istihsan berasaskan ijmak ialah tidak sah jual salam jika diqiyaskan dengan jual beli, ini adalah kerana benda yang diakadkan belum wujud lagi ketika akad berlaku dalam kontrak. Oleh kerana jual salam adalah baik dan perlu dalam masyarakat, maka ulama mengira baik dan harus hukumnya berdasarkan konsep al-istihsan
c) Dalil akal
Antara alasan lain yang diberikan oleh golongan yang menerima al-istihsan sebagai hujah yaitu karena al-istihsan itu bertujuan untuk menolak kepayahan dengan mewujudkan kemaslahatan.



÷
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Istihsan adalah salah satu metode istinbat (menyimpulkan) hukum yang diakui diambil secara induktif (istiqro’i) dari sejumlah dalil secara keseluruhan (jumlah). Dengan demikian orang yang menggunakan istihsan tidak berarti semata-mata mengunakan perasaannya dan keinginannya yang subjektif, tetapi berdasarkan tujuan (maqosid) syarak.
Istihsan dibagi menjadi dua, yaitu istihsan dipandang dari segi pemindahan hukumnya, dan istihsan dipandang dari sandaran dalilnya. Dari segi pemindahan hukumnya istihsan berpindah dengan cara dari hukum kulli kepada hukum juz’I, dan dari qiyas jalli kepada qiyas khafi. Dari segi sandaran dalilnya istihsan di sandarkan kepada Al Qur’an dan Hadist, Ijma, ‘Urf, Urusan yang sangat darurat, Qiyas khafiTerdapat perbedaan pendapat antara ulama ushul fiqh dalam menetapkan istihsan sebagai salah satu metode atau dalil dalam menetapkan hukum syara.
Menurut Ulama Hanafiah, Malikiyah dan sebagian Hambaliah, istihsan
merupakan dalil yang kuat dalam menetapkan hukum syara
Ulama Syafi’iyah memiliki pandangan yang berbeda mengenai istihsan. Menururt Imam Syafi’i dengan qaulnya yang mashur, bahwa” barang siapa yng berhujjah dengan istihsan maka ia telah membuat sendiri hukum syara”.
Imam syafi’i berkeyakinan bahwa berhujah dengan istihsan, berarti telah menentukan syariat baru, sedangkan yang berhak membuat syariat itu hanyalah Allah SWT.


Post a Comment

0 Comments