PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pada zaman dahulu tepatnya pada zaman jahiliyah banyak perempuan dipandang
rendah, layaknya seperti hewan. Pada saat itu perempuan tak ubahnya seperti
harta benda atau bagian dari kekayaan laki-laki. Bangsa Arab jahiliyah pada
saat itu menganggap perempuan sebagai aib oleh karena itu mereka menguburkan
setiap anak perempuan baik yang baru lahir maupun anak-anak perempuan yang
sedang dalam masa pertumbuuhan. Tak hanya itu para perempuan remaja maupun
perempuan dewasa dijadikan sebagai budak diperjual belikan demi kepentingan
materi dan syahwat laki-laki.
Keadaan tersebut membuat Rasulullah Muhammad SAW
bertindak, sehingga status dan derajat kaum perempuan sama halnya seperti
laki-laki. Sampai pada akhirnya muncullah sosok perempuan yang tangguh, seperti
Siti Khadijah, Siti Aisyah dan yang lainya.
Dalam makalah ini
penulis akan menampilkan sosok perempuan yang menjadi salah satu tokoh
perempuan yang sangat berpengaruh bagi Islam yakni Fatimah Az-Zahra.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
sejarah lahirnya Siti Fatimah Az-Zahra ?
2. Jelasakan
perjalanan hidup Fatimah Az-Zahra !
3. Jelaskan
Keutamaan Akhlak Siti Fatimah Az-Zahra !
A.
Lahirnya
Siti Fatimah AZ-Zahra
Lahirnya Siti Fatimah Az Zahra r.a merupakan rahmat yang
telah dilimpahkan Ilahi kepada Nabi Muhammad SAW. Ia telah menjadi wadah suatu
keturunan yang suci. Ia laksana benih yang akan menumbuhkan pohon besar
penyambung keturunan Rasulullah SAW. Ia satu-satunya yang menjadi sumber
keturunan paling mulia yang dikenali umat Islam di seluruh dunia. Siti Fatimah
Az Zahra r.a (Fatimah yang selalu berseri) dilahirkan di Makkah, pada hari
Jum’at, 20 Jumadil Akhir, lebih kurang lima tahun sebelum Rasulullah SAW di
angkat menjadi Rasul. [1]
Nama Fatimah berasal dari kata Fathmana yang artinya sama
dengan Qath’an atau man’an, yang berarti memotong, memutuskan, mencegah. Ia
dinamakan Fatimah karena Allah SWT mencegah dirinya dari api neraka.
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, bahwa Nabi bersabda, “ sesungguhnya
Fatimah adalah orang yang suci farajnya, maka Allah haramkan atas dia dan
keturunannya akan api neraka.
Siti Fatimah Az Zahra
r.a membesar di bawah naungan wahyu Ilahi, di tengah kancah pertarungan sengit
antara Islam dan jahiliyah, di kala sedang hebatnya perjuangan para perintis
iman melawan penyembah berhala. Dia menyaksikan keteguhan dan ketegasan
orang-orang mukmin dalam perjuangan gagah berani menghadapi komplot-komplot
Quraisy. Suasana perjuangan itu membekas sedalam-dalamnya pada jiwa Siti
Fatimah Az Zahra r.a dan memainkan peranan penting dalam pembentukan
peribadinya, serta mempersiapkan kekuatan rohaniah bagi menghadapi
kesukaran-kesukaran di masa depan.[2]
Kehadiran
Fatimah laksana bunga yang mekar dengan begitu indahnya. Semerbak harumnya
membuat jiwa-jiwa yang lunglai menjadi tercerahkan kembali. Kelahirannya
mengakhiri seluruh pandangan dan keyakinan yang batil tentang perempuan. Saat
Fatimah terlahir, Rasulullah pun menengadahkan kedua tangannya kelangit dan
melantunkan do’a syukur yang begitu indah. Dengan penuh suka cita, ia peluk si
kecil Fatimah. Ia cium keningnya dan menatap wajahnya yang memancarkan cahaya
kedamaian. Siti Fatimah Az-Zahra mendapat julukan Ummu Aimmah, Sayyidatu Nisyail
Alamin, Ummu Abiha, Al-Batul,
At-Thahirah.[3]
Rasulullah SAW sangat mencintai
puterinya ini. Siti Fatimah Az Zahra r.a adalah puteri bungsu yang paling
disayang dan dikasihani junjungan kita Rasulullah SAW. Nabi Muhammad SAW merasa
tidak ada seorang pun di dunia, yang paling berkenan di hati baginda dan yang
paling dekat di sisinya selain puteri bungsunya itu.
Sorotan mata Fatimah, membuat kalbu Rasulullah menjadi
amat bahagia lahirnya perempuan suci itu, Allah swt sepertinya membukakan
khazanah harta karun alam semesta kepada sang Nabi saw. Sungguh benar apa yang
dikatakan Al-Quran, bahwa Fatimah adalah Al-Kautsar. Allah swt berfirman : “
Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu Al-Kaustar, nikmat yang banyak,
maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. Sesungguhnya
orang-orang yang membenci kamu dialah yang berputus.”
Surat pendek ini merupakan pesan illahi yang membuat hati
Rasulullah menjadi begitu gembira dan ia benar-benar meyakini janji ilahi.
Fatimah terlahir ke dunia untuk menjadi pimpinan kaum perempuan dan dari
keturunanya akan lahir para manusia-manusia agung penegak agama illahi dan
keadilan. Salam atasmu Fatimah Az-Zahra as, perempuan yang paling utama. Salam
atasmu Fatimah Az-Zahra as, perempuan yang paling utama salam
atasmu wahai manusia
yang paling dicintai Nabi, salam atasmu wahai Fatimah, manusia sempurna.
Rasulullah saw bersabda, “Putriku yang mulia, Fatimah adalah pemimpin perempuan
dunia di seluruh zaman dan generasi. Ia adalah pemimpin perempuan dunia di
seluruh zaman dan generasi. Ia adalah bidadari berwajah manusia. Yang mulia,
Fatimah adalah pemimpin perempuan dunia. Ia adalah bidadari berwajah manusia.[4]
Setiap kali ia beribadah di mihrab dihadapan Tuhannya, cahaya wujudnya
menyinari malaikat. Layaknya bintang-gemintang yang bersinar menerangi bumi”. Fatimah Az-Zahra
Rasulullah
mengucapkan rasa cintanya kepada putrinya tatkala diatas mimbar:”Sungguh
Fatimah bagian dariku, Siapa yang membuatnya marah”. Dan dalam riwayat lain
disebutkan,” Fatimah bagian dariku, aku merasa terganggu bila ia diganggu dan
aku merasa sakit jika ia disakiti.”
B.
Keutamaan
Akhlak Siti Fatimah Az-Zahra
1.
Keberanian
Siti Fatimah Az-Zahra
Sejak
masa kanak-kanak, dalam usia dini, Fatimah r.a telah memahami serangan yang
dilancarkan kaum Quraisy kepada ayahnya. Jika ayahnya bepergian, Fatimah
mengikuti dan menyertainya. Akhirnya, terjadilah suatu peristiwa yang takkan
terlupakan. Suatu kali, ketika ayahnya sedang sujud di Masjidil Haram,
sedangkan disekelilingnya adalah kaum musyrikin Quraisy datang membawa bangkai
kambing. Dia melemparkan nya ke punggung Nabi saw, Rasullullah tidak dapat
mengangkat kepalanya hingga Fatimah datang dan menyingkirkan semua bangkai itu
tanpa ada rasa jijik sedikitpun dari punggung Rasullullah dan dengan lantangnya
ia menyebutkan orang yang telah melakukan perbuatan keji kepada Ayahnya.
Pasca wafatnya Rasulullah saw, umat Islam berada dalam
situasi Islam berada dalam situasi perselisihan yang amat kusial dan terancam
pecah serta terjerumus dalam kesehatan. Namun dengan pemikiran yang jernih,
Sayyidah Fatimah membaca kondisi umat Islam saat itu dengan penuh bijaksana,
namun ia pun tak segan-segan untuk mengungkapkan titik lemah dan kelebihan umat
Islam di masa itu. Dia sangat menghawatirkan masa depan umat dan memperingatkan
masyarakat agar wasapada terhadap faktor-faktor yang bisa menyesatkan umat. Dalam
khotbah bersejarahnya, pasca kepergian Rasulullah saw,
Sayyidah Fatimah as menegaskan bahwa jalan yang bisa menyelamatkan manusia adalah berpegang diri pada
agama illahi dan menaati perintah-perintahnya.[5]
2.
Pandai
Menjaga Rahasia dan Dapat Dipercaya
Ketika panas badan Rasulullah saw
sangat tinggi, Fatimah menjenguknya, Rasulullah tidak
bangun dan tidak lagi menciumnya. Beliau hanya memandangi
saja dan tidak berkata apa-apa. Disebabkan itu, Fatimahlah yang mencium beliau.
Dalam keadaan demikian payah, beliau masih sempat berkata kepada Fatimah supaya
duduk disamping beliau. Rasulullah saw berkata kepada Fatimah dengan
berbisik-berbisik dikuping sebelah kanannya, bahwa “ wahai Fatimah, sudah sampai masanya untuk baginda
mengadap Tuhan” Fatimah pun menangis dan sangat sedih.
Setelah Rasulullah saw melihat Fatimah menangis, beliau berkata lagi kepadanya
dengan berbisik-bisik dikuping sebelah kirinya, bahwa ia adalah orang yang pertama yang akan
menyusuli baginda, sehingga Fatimah tersenyum. Melihat
Rasulullah saw berbisik-bisik dengan putri beliau, Aisyah yang senantiasa
mendampingi beliau merasa curiga karena ia tidak tahu apa yang beliau bisikan
kepada putri beliau itu.
Disebabkan
hal itu, bertanyalah Aisyah kepada Fatimah,” Hai Fatimah, apakah yang telah
dibisikkan Rasulullah saw kepadamu?” Fatimah menjawab, ”Aku tidak akan membuka
suatu rahasia yang beliau perintahkan kepadaku, dan menyuruhku untuk
menyimpannya baik-baik.”
3.
Memiliki
Jiwa Tanggung Jawab yang Tinggi
Selepas
kepergian sang ibunda, membuat tanggung jawab Sayyidah Fatimah untuk merawat ayahandanya,
Rasulullah saw kian bertambah. Di masa-masa yang penuh dengan cobaan dan
tantangan itu, Sayyidah Fatimah menyaksikan secara langsung pengorbanan dan
perjuangan yang di lakukan ayahandanya demi tegaknya agama illahi.
Begitu
juga dengan masa-masa awal pernikahannya dengan Imam Ali as saat berada di
Madina. Dimasa itu, Sayyidah Fatimah juga melewati masa-masa sulit peperangan
dengan kaum musyrikin. Ia pun selalu
menjadi tumpuan hati Imam Ali di masa-masa yang kritis saat itu. Saat suaminya
pergi ke medan laga, ia menangani seluruh urusan rumah tangganya, merawat dan
mendidik putra-putrinya sebaik mungkin.[6]
Dengan penuh kesabaran dan kasih sayang, ia senantiasa berusaha menjadi
pendamping yang selalu tulus mendukung perjuangan Rasulullah, dan suaminya,
Imam Ali as dalam menegakan ajaran Islam.
Beliau
adalah panutan dan suri teladan dalam segala hal. Di kala masih gadis, ia
senantiasa menyertai sang ayah dan ikut serta merasakan kepedihannya. Pada saat
menjadi istri Ali as, beliau selalu merawat dan melayani suaminya, serta
menyelesaikan segala urusan rumah tangganya, hingga suaminya merasa tentram
bahagia di dalamnya. Demikian pula ketika beliau menjadi seorang ibu. Beliau
mendidik anak-anaknya sedemikian rupa atas dasar cinta, kebaikan, keutamaan, dan
akhlak yang luhur dan mulia.
4. Kelembutan Hatinya
Pada suatu ketika lain, Siti Fatimah r.a menyaksikan
ayahandanya pulang dengan tubuh penuh dengan kotoran kulit janin unta yang baru
dilahirkan. Yang melemparkan kotoran atau najis ke punggung Rasulullah SAW itu
adalah Uqbah bin Mu’aith, Ubay bin Khalaf dan Umayyah bin Khalaf. Melihat
ayahandanya berlumuran najis, Siti Fatimah r.a segera membersihkannya dengan
air sambil menangis.
Pada suatu hari Siti Fatimah Az Zahra r.a menyaksikan
ayahnya pulang dengan kepala dan tubuh penuh pasir, yang baru saja dilemparkan
oleh orang-orang Quraisy, di saat ayahandanya sedang sujud. Dengan hati
remuk-redam laksana disayat sembilu, Siti Fatimah r.a segera membersihkan
kepala dan tubuh ayahandanya. Kemudian diambilnya air untuk mencucinya. Dia
menangis tersedu-sedu menyaksikan kekejaman orang-orang Quraisy terhadap
ayahnya. Membuat anaknya bersedih luar biasa.
Nabi Muhammad rupa-rupanya menganggap perbuatan ketiga kafir
Quraisy itu sudah keterlaluan. Kerana itulah maka pada waktu itu baginda
memanjatkan doa ke hadrat Allah SWT: “Ya Allah, celakakanlah orang-orang
Quraisy itu. Ya Allah, binasakanlah Uqbah bin Mu’aith, ya Allah binasakanlah
Ubay bin Khalaf dan Umayyah bin Khalaf.”
Masih banyak lagi pelajaran yang diperolehi Siti Fatimah
dari penderitaan ayahandanya dalam perjuangan menegakkan kebenaran Allah.
Semuanya itu menjadi bekal hidup baginya untuk menghadapi masa mendatang yang
berat dan penuh ujian. Kehidupan yang serba berat dan keras di kemudian hari
memang memerlukan kekuatan jiwa dan mental.
5. Kerendahan Hatinya
Jiwa
dan kepribadian Fatimah mengenal konsepsi kehidupan yang paling luhur di rumah wahyu, di sisi pribadi agung Rasulullah sa.
Setiap kali Rasulullah memperoleh wahyu, dengan penuh seksama Sayyidah Fatimah mendengarkan ajaran
hikmah yang disampaikan oleh sang Ayah kepadanya. Sebegitu mendalamnya cinta
kepada Allah swt. Ketika Rasulullah saw berkata kepadanya, “Wahai Fatimah,
apapun yang kamu pinta saat ini, katakanlah. Sebab Malaikat pembawa wahyu disisiku.” Namun Fatimah menjawab,
”Kelezatan yang aku peroleh dari berhikmat kepada Allah, membuat diriku tak
menginginkan apapun kecuali agar aku selalu bisa memandang keindahan Allah
swt.”[7]
Dunia tidak ada apa-apanya.
Fatimah puteri Rasulullah adalah seorang wanita mulia yang
menempuh berbagai ujian yang memerlukan pengorbanan yang cukup besar dalam
hidupnya. Walaupun beliau adalah puteri Rasulullah, namun hidupnya bukannya
disaluti kemewahan dan kesenangan, tetapi kemiskinan dan kesusahan. Apabila
berkahwin dengan Saidina Ali, kehidupannya tetap susah. Walaupun Rasulullah
pemilik kepada seluruh kekayaan di muka bumi tapi baginda tidak pernah mendidik
anaknya dengan kemewahan.
6. Kedermawanannya
Sewaktu menjadi isteri Sayyidina Ali, Siti Fatimah menguruskan
sendiri keperluan rumah tangganya. Sayyidina Ali sering tiada kerana keluar
berjuang bersama Rasulullah SAW. Setiap hari, Siti Fatimah mengangkut air dari
sebuah perigi yang jauhnya dua batu dari rumahnya. Beliau mengisar tepung untuk
keperluan makanan keluarganya. Dalam serba susah dan miskin, beliau tetap ingin
bersedekah walaupun hanya dengan sebelah biji kurma. Siti Fatimah tidak pernah
mengeluh atau menyalahkan suaminya terhadap kesusahan yang terpaksa
dihadapinya.
Beliau adalah ahli infak yang senantiasa bersedekah dan sanggup
berkorban apa saja. Contohnya, pernah suatu ketika, ada seorang yang datang berada
didepan rumahnya.[8]
Karena tidak memiliki apa-apa, tanpa pikir panjang sayyidina Fatimah memberikan
pakaian pengantinnya kepada orang itu. Beliau tidak pernah menolak untuk
membantu dari segi harta kepada orang-orang yang memerlukan dan telah menjadi
kebiasaan untuk hidup sederhana dan jauh dari kesenangan dan kekayaan, serta
menjalani hidup dengan keindahan akhlak, kasih sayang dan kerjasama.
7.
Kesabaran
yang Tinggi
Ketika masih kanak-kanak, Siti Fatimah Az Zahra r.a sudah
mengalami penderitaan, merasakan kehausan dan kelaparan. Dia berkenalan dengan
pahit getirnya perjuangan menegakkan kebenaran dan keadilan. Lebih dari tiga
tahun, dia bersama ayah bundanya hidup menderita dibuang daerah akibat
pemboikotan orang-orang kafir Quraisy terhadap keluarga Bani Hasyim.
Setelah bebas penderitaan setelah 3 tahun diboikot, datang
pula ujian berat atas diri Siti Fatimah Az Zahra r.a, apabila wafatnya ibunda
tercinta, Siti Khadijah r.a. Perasaan sedih selalu saja menyelubungi hidup
sehari-harinya dengan putusnya sumber kecintaan dan kasih sayang ibu.
Fatimah
tidak menyesali diri atau menceritakan kepada ayahnya tentang penderitaan yang
dialami di rumah suaminya. Fatimah
adalah seorang ibu yang utama dan istri yang taat lagi sabar. Dia mendidik
anaknya dengan sebaik-baiknya dan menumbuhkan mereka dengan sempurna. Siang
hari bekerja dan malam hari berjaga hingga dia mempersembahkan untuk umat
manusia pemuda terbaik ahli surga, yaitu Hasan dan Husain.[9]
8.
Sosok
yang sangat Pemalu
Saat
itu, Fatimah sedang menggiling gandum dalam keadaan letih dan jemu. Sayyidina
Ali pun tidak tega melihatnya dan segera Ali menyuruhnya kerumah sang Ayah
agar ia diberi seorang pelayan untuk
membantu istrinya dirumah dan Ali tidak mau melihat sang istri letih. Fatimah pun
bangkit dan merapikan kerudungnya. Berangkatlah ia menuju rumah ayahnya dengan
langkah perlahan dan hati-hati. Rasulullah pun melihatnya dengan penuh gembira
lalu bertanya ” hai anakku ada apa ?” Fatimah menjawab, “Aku datang hanya untuk
menyampaikan salam kepadamu”. Rasa malu menahannya untuk menyampaikan keperluan
yang karenanya dia menemui Ayahnya. [10]
Fatimah
kembali kerumahnya dan menyampaikan kepada suaminya bahwa ia malu untuk meminta
sesuatu kepada ayahnya. Fatimah adalah manusia yang sangat pemalu dan paling dekat dengan kalbunya.
9.
Sangat
Menjaga Maruahnya
Sifat
pemalu dan kesucian sayyidinah Zahra menjadi buah mulut semua orang. Walaupun
apabila berdepanan dengan orang buta dia tetap memelihara hijabnya. Contoh, dihadapan
lelaki buta, Sayyidina Fatimah sangat melindungi dan memelihara maruahnya.
Rasul Allah bertanya kepadanya, “ mengapa anda berhijab, sedangkan orang itu
buta ?” Fatimah memberi respon dengan berkata, “ walaupun dia tidak nampak
melihat saya, tetapi saya melihatnya, serta
dia boleh mencium bauku”. Rasulullah pun bersabda, “ saya naik sak[11]si
bahwa kamu adalah cebisan dari diriku.”
Amru
bin Dinar meriwayatkan dari Aisyah berkata : “ tidak pernah aku melihat
seseorang pun yang lebih benar daripada Fatimah sallamulla’alaihi selain
daripada Ayahnya.”
10. Kemuliaan
Hatinya
Pada
suatu hari Siti Fatimah berada dirumahnya, tiba-tiba ketika itu Rasulullah SAW
datang kerumah Siti Fatimah. Ketika itu Siti Fatimah memakai seuntai kalung
emas pemberian suaminya Ali bin Abi Thalib. Ketika Rasulullah melihat kalung
itu, lalu Nabi SAW bersabda, “ Hai anakku aakah engkau bangga disebut orang
sebagai Putri Muhammad, sedangkan engkau sendiri memakai jaababirah (perhiasan
yang biasa dipakai oleh putrid bangsawan) ?. ketika itu juga Siti Fatimah
langsung melepaskan kalungnya itu, dan menjualnya. Hasil dari harga kalung tersebut
ia gunakan untuk membeli seorang hamba dan hamba tersebut dimerdekakan. Ketika
Rasulullah mendengar berita tersebut Nabi SAW amat bergembira dan mendo’akan
Siti Fatimah sekeluarga. [12]
C.
Pernikahan dan Keluarganya
Ketika
usianya beranjak dewasa, Fatimah Az-Zahra dipersunting oleh salah satu sepupuh,
sahabat sekaligus orang kepercayaan Rasulullah, Ali bin Thalib. Ali bin Abi Thalib datang kepada Rasulullah untuk
melamar, lalu ketika Nabi bertanya “apakah mempunyai sesuatu?”. Tidak ada ya
Rasulullah”. Jawabku.”. dimana pakaian perangmu yang hitam, yang saya berikan kepadamu”.
Tanya beliau.” Masih ada wahai Rasulullah”. Kata beliau.
Lalu bergegas pulang dan membawa baju besinya, lalu Nabi
menyuruh menjualnya dan baju besi itu dijual kepada Utsman bin Affan seharga
470 dirham, kemudian diberikan kepada Rasulullah dan diserahkan kepada bilal
untuk membeli perlengkapan pengantin. Sejak
pertama kali menginjakkan kaki dirumah suaminya, Fatimah mengetahui bahwa dia
memiliki kewajiban yang besar terhadap suaminya. Dia mengetahui kondisi ekonimi
suaminya, mengetahui bagian dalamnya, serta mengetahui beban dan tugas yang
dituntut oleh kehidupan.[13]
Masa-masa
awal pernikahannya dengan Imam Ali as saat berada di Madina. Dimasa itu,
Sayyidah Fatimah juga melewati masa-masa sulit peperangan dengan kaum
musyrikin. Ia pun selalu
menjadi tumpuan hati Imam Ali di masa-masa yang kritis saat itu.[14]
Saat suaminya pergi ke medan laga, ia menangani seluruh urusan rumah tangganya,
merawat dan mendidik putra-putrinya sebaik mungkin. Dengan penuh kesabaran dan
kasih sayang, ia senantiasa berusaha menjadi pendamping yang selalu tulus
mendukung perjuangan Rasulullah, dan suaminya, Imam Ali as dalam menegakan
ajaran Islam.
Dari
penikahannya dengan Ali bin
Abi Thalib,
Fatimah Az-Zahra memiliki 4 anak, 2 putra dan 2 putri yaitu Hasan dan Husain.
Sedangkan yang putri yaitu bernama Muhsin, tetapi Muhsin meninggal dunia saat
masih kecil. Pernikahannya
mengatur rumah tangganya, dan pendidikan anak-anaknya berada didalam rumah
seorang pribadi terbesar dalam kedua dalam Islam, yaitu imam Ali bin Abi
Thalib. Dan dalam masa hidupnya yang singkat itu, Dia mempersembahkan kepada
masyarakat dua orang Imam yang maksum, Imam Hasan dan Imam Husain, serta dua
orang wanita pemberani yang rela berkorban, Zainab dan Ummu Kaltsum. [15]
D.
Gelar yang Dimiliki Siti Fatimah
a. Az-Zahra
Fatimah adalah seorang manusia bidadari yang tidak haid dan tidak pula mengeluarkan
kotoran bagaikan bidadari surga. Karena itulah ia dinamakan Az-Zahra atau yang
suci, sebab ia tidak pernah mengeluarkan darah, baik dalam haid maupun
melahirkan (nifas). [16]
b. Al-Batul
Wanita yang
paling menonjol dimasanya dalam hal keutamaan, agama, dan keturunan atau orang
yang suci.
c. Sayyidatu Nisail ‘alamin
Penghulu
(pemimpin) semua perempuan atau wanita-wanita penghuni surga. Siti Fatimah dikenal sebagai seorang yang berakhlak mulia,
sopan santun, tidak sombong dan rendah hati. Walaupun beliau putri seorang
Nabi, beliau ramah serta lemah lembut dalam bertutur kata. Berjiwa besar,
lapang dada serta pemaaf dan tidak mempunyai rasa ghil (rasa tidak senang keada
orang lain). Sehingga tepat sekali beliau mendapat gelar Sayyidatu Nisail ‘
alamin.
E.
Keutamaan dan Keistimewaan nya
1.
Dia adalah seorang isteri yang berkelayakan dalam urusan
rumahtangga, memadai dengan hidup sederhana, tidak meminta-minta dari suaminya,
bersama-sama dalam segala hal dan sentiasa berada disisi Imam Ali (as) di dalam
kesusahan dan kesedihan.
2.
Dia adalah model kesetiaan dan ketabahan serta amat bijak
dalam mendidik anak-anak, beliau adalah seorang Ibu Mithali.
3.
Dia sentiasa menghormati ayahandanya, suami dan orang lain
serta sentiasa bekerjasama dengan pembantu rumah dalam membuat kerja-kerja
rumah.
4.
Tidak berpaut pada dunia dan merupakan ahli infaq yang
senantiasa bersedekah dan sanggup berkorban apa sahaja.sebagai contoh, Baju
perkahwinannya sendiri juga telah diberikan kepada orang yang telah datang
didepan pintu rumahnya.
5.
Beliau tidak pernah menolak untuk membantu dari segi harta
orang-orang yang memerlukan dan telah menjadi kebiasaan untuk hidup.
6.
Sederhana jauh dari kesenangan dan kekayaan serta menjalani
hidup dengan keindahan akhlak, kasih sayang dan kerjasama
7.
Berhijab, sifat malu dan kesucian Sayyidah Zahra (sa)
menjadi buah mulut semua orang.walaupun apabila berhadapan dengan orang buta
dia tetap memelihara hijabnya.
8.
Hidupnya penuh keberkatan, tidak pernah disia-siakan.
Usianya pendek, tetapi penuh dengan usaha
9.
Dari kecil lagi demi menyampaikan dan mempertahankan agama
yang hak, Zahra berjalan seiring dengan ayahnya, Beliau penolong yang penyayang
dalam membuat kerja-kerja rumah, Zahra penolongnya Ali(as).
10.
Pada malam yang sunyi dan penuh rahsia, Zahra bersujud
menyembah Tuhan.
11.
Tidak walau sedetik dan seketika pun ingatan Zahra terpisah
dari Tuhannya.
Keutamaan Fatimah bukanlah hanya karena beliau adalah putri
dari Rasulullah SAW semata, akan tetapi keutamaan dan kemuliaan beliau
memang ditunjang beberapa hal penting seperti keutamaan Akhlaq yang mulia, ilmu
pengetahuan yang tinggi, kefasihan yang mengungguli kaum pria sekalipun,
kesabaran, ketabahan, kesederhanaan, kezuhudan, ketegaran hati dan lainya.[17]
Selain sifat-sifat yang dimiliki Sayyidah Fatimah as
tersebut, terdapat keunikan lain akan keutamaan beliau, yaitu beliau adalah
putri dari Rasulullah SAW, Putri dari Khadijah al-Kubra (Pemuka wanita Islam
pertama), Istri dari Sayyidina Ali bin abi thalib (yang merupakan sahabat terdekat Nabi SAW dan
orang pertama kali masuk Islam), beliau adalah Ibu dari Sayyidain al-Hasan
wal-Husain, dan beliau merupakan salah satu anggota khusus keluarga Nabi SAW
yang disebut sebagai Ahlul Bait Yang Suci.
F.
Kematian Siti Fatimah Az-Zahra
Ketika
Siti Fatimah merasa ajalnya sudah dekat, beliau bercerita kepada Asma’ binti
Umais yang hamir setiap hari berkunjung kerumah Siti Fatimah Az-Zahra. Beliau
berkata” Saya kurang senang terhadap apa yang diperbuat wanita jika mati, yaitu
hanya ditutupi dengan kain. Sehingga bentuk badannya kelihatan.” Maka
berkatalah Asma’ kepada Siti Fatimah, “ apakah engkau mau aku tunjukkan sesuatu
yang pernah aku lihat di Habasyah?” Siti Fatimah menjawab : “coba tunjukkan.”
Maka dibuatlah oleh Asma’ keranda dari pelepah pohon kurma, kemudian diatasnya
ditaruhkan kain. Begitu Siti Fatimah melihat keranda tersebut, beliau sangat
gembira dan tertawa seraya berkata : “Alangkah baiknya ini. Semoga Allah
menutupimu sebagaimana engkau menutupiku. Nanti jika aku mati, maka mandikanlah
aku bersama Ali dan jangan ada orang lain yang ikut memandikanku. Setelah itu
buatkanlah aku seperti itu. Dan tibalah ajalnya, sehingga Asma’ menyampaikan
wasiat nya kepada Ali, dan hanya Ali saja yang memandikan jenazahnya.
G.
Hadis-hadis
nya
-
Hadis
riwayat Bukhari dalam Shahih Bukhari kitab nikah bab Dzabb ar-Rajuli:
Bahwa Rasulullah SAW bersabda: ”Fathimah adalah sebahagian
daripadaku, barangsiapa ragu terhadapnya, berarti ragu terhadapku, dan
membohonginya adalah membohongiku”
-
Hadis
dalam Sahih Bukhari jilid VIII, Sahih Muslim jilid VII, Sunan Ibnu Majah jilid
I hlm 518 , Musnad Ahmad bin Hanbal jilid VI hlm 282, Mustadrak Al Hakim jilid
III hlm156:
Aisyah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Wahai
Fatimah, tidakkah anda puas menjadi sayyidah dari wanita sedunia (atau) menjadi
wanita tertinggi dari semua wanita dari ummat ini atau wanita mukmin”.
-
Hadis
shahih riwayat Ahmad,Thabrani,Hakim,Thahawi dalam Shahih Al Jami’As Saghir no
1135 dan Silsilah Al Hadits Al Shahihah no1508:
Rasulullah SAW bersabda: ” Wanita penghuni surga yang
paling utama adalah Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad, Maryam
binti Imran, dan Asiyah binti Mazahim istri Firaun.”
-
Hadis
riwayat Bukhari dalam Shahih Bukhari Kitab Bad’ul Khalq bab Manaqib Qarabah Rasululllah
SAW:
Bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Fathimah adalah bahagian
dariku, barangsiapa yang membuatnya marah, membuatku marah!”
-
Hadis
riwayat Al Hakim dalam Al Mustadrak dengan sanad hasan:
Bahwa ada malaikat yang datang menemui Rasulullah SAW dan
berkata: “sesungguhnya Fathimah adalah penghulu seluruh wanita di dalam surga”.
-
Hadis
riwayat Al Bukhari dalam kitab Al Maghazi:
Rasululah SAW bersabda kepada Fathimah: “Tidakkah Engkau
senang jika Engkau menjadi penghulu bagi wanita seluruh alam”.
-
Hadis
riwayat Ibnu Abbas
Nabi bersabda : “sesungguhnya Fatimah adalah orang yang
suci farajnya, maka Allah akan haramkan atas dia dan keturunannya akan api
neraka.”
-
Hadis
riwayat Al-Thabrani
Rasullullah SAW bersabda : tiap anak itu bernisbat kepada
keturunan bapaknya, kecuali putra Fatimah, akulah wali mereka dan akulah
ashabah mereka.”
-
Dalam riwayat lain yang
shahih disebutkan bahwa :
“ setiap anak itu mengikuti garis keturunan
bapaknya kecuali anak-anak Fatimah, sebab akulah ayah mereka dan ashabah
mereka”.
-
Dalam Musnad Imam Ahmad disebutkan
“Kala kematian hendak menghampiri Fathimah, beliau mandi
dengan sendirinya dan berwasiat agar seorangpun tidak membuka (tubuhnya),
kemudian sayyidina Ali ra. menguburkannya dengan mandinya tersebut”.
-
Hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas. Menurut Hadis
tersebut, Rasulullah SAW berkata kepada Sayyidina Ali r.a demikian:
“Wahai Ali, sesungguhnya Fatimah adalah bahagian dari aku.
Dia adalah cahaya mataku dan buah hatiku. Barang siapa menyusahkan dia, ia
menyusahkan aku, dan siapa yang menyenangkan dia, ia menyenangkan aku…”
DAFTAR
PUSTAKA
Syariati Ali. 2004. Fatimah
Az-Zahrah. Pustaka Zahrah: Jakarta
http.www.
Fatimah Az-zahra. 19.09.2014.
Abdurrahman
Umairah.2000. Tokoh-tokoh yang diabadikan
AL-QUR’AN. Gema Insani Press: Jakarta
Ali
Umar al-Habsyi.Dua Pusaka Nabi SAW.
Pustaka Indonesia: Jakarta
Ahmad
Abdulatif.10 Orang Dijamin Kesurga.1994.
Gema Insani Press:Jakarta
http.al-syahbana.blogspot.com.gelar dan keistimewaan Fatimah Az-Zahra
http.bhalaqah.blogspot.com/search/label/isteri.sholeha.19.09.2014
http.Syafiq Basri. Biografi Fatimah Az-Zahra. 19.09.2014
KESIMPULAN
Fatimah
adalah putri tercinta dari Nabi saw.Fatimah binti Muhammad (606/614-632) atau
Fatimah az-Azahra (Fatimah yang selalu berseri) putri bungsu Nabi Muhammad
dan ibunda Khadijah. Fatimah
Az-Zahra tumbuh menjadi seorang gadis yang tidak hanya merupakan putri dari
Rasulullah, namun juga mampu menjadi salah satu orang kepercayaan ayahnya pada
masa Beliau. Fatimah Az-Zahra memiliki kepribadian yang sabar, dermawan,
dan penyayang karena ia tidak pernah melihat atau dilihat lelaki yang bukan
mahromnya. Rasulullah sering sekali menyebutkan nama Fatimah, salah satunya
adalah ketika Rasulullah pernah berkata “ Fatimah merupakan bidadari yang
menyerupai manusia.”
“Fatimah Az-Zahra”
Tugas ini dibuat untuk memenuhi
salah Satu
Mata Kuliah Ilmu Akhlak
Disusun Oleh :
Devi Tristiani : 14340012
Fitri Sugita : 14340022
Dosen Penanggung Jawab :
Dra. Murtiningsih, M.Pd.I
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
RADEN FATAH PALEMBANG
FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN
ISLAM
JURUSAN AQIDAH FILSAFAT
TAHUN AJARAN 2014/2015
PERTANYAAN
1. Penanya
kelompok 1 : Binu Pawakasah
Pertanyaan
:
Kenapa
Ali terpesona dengan Ibunda Fatimah ?
Jawab
:
Karena
Siti Fatimah memiliki kecantikan yang luar biasa, anak dari Rasullullah SAW,
memiliki akhlak yang sangat mulia. Sehingga menjadikan semua orang menjadi
terkesima terhadap beliau dan banyak orang yang sangat menyukai dan ingin
melamarnya begitu juga dengan Ali.
2. Penanya
kelompok 2 : Hardiyono
Pertanyaan
:
Siapa
yang member gelar kepada Fatimah ?
Jawab
:
Gelar
yang dimiliki oleh Siti Fatimah semua nya diberi oleh Rasulullah SAW, seperti
al-Batul, az-Zahra, dan sayyidatu nisail.
3. Penanya
kelompok 3 : M. Ayebcik
Pertanyaan
:
Contoh
teladan dari ibu Fatimah dan bagaimana cara mengaplikasikannya !
Jawab
:
Memang
banyak keteladanan yang dimiliki oleh ibunda Fatimah, begitu juga dengan akhlak
mulia yang dimilikinnya. Akan tetapi kita sebagai manusia tidak mungkin bisa
untuk meniru semua keteladan dan akhlak nya tersebut, paling tidak kita bisa
meniru salah satu diantaranya yaitu dari kedermawanan beliau yang sangat luar
biasa. Meskipun beliau adalah anak dari seorang Rasulullah SAW, beliau tetap
rendah hati dan merupakan ahli infak. Ketika beliau dalam keadaan susah pun
beliau tidak pernah lupa untuk bersedekah meskipun hanya dengan sebiji buah
kurma. Sudah selayaknya kita meniru kedermawanan beliau dalam keadaan apapun.
4. Penanya
kelompok 4 : Aan Pranikum
Pertanyaan
:
Kesulitan
apa yang menimpa ibunda Fatimah saat menjadi Isteri Ali Bin Ani Thalib ?
Jawab
:
Kesulitan
yang sangat menyayat hati ibunda Fatimah dan membuat hati beliau sakit adalah
ketika Ali bin Abi Thalib berniat untuk menikah lagi dan orang yang dipilihnya
itu adalah anak dari Abu Jahal. Akan tetapi melihat kesakitan Fatimah itu, Ali
bin Abi Thalib pun mengurungkan niatnya tersebut, karena tidak ada wanita
sebaik Fatimah yang pernah Ali temui.
5. Penanya
kelompok 5 : Ayu Fadillah
Pertanyaan
:
Mengapa
siti Fatimah tidak mengalami haid ?
Jawab
:
Karena
Fatimah adalah orang yang paling menonjol dimasanya dalam hal keutamaan ibadah,
agama, dan keturunan. Sehingga beliau tidak pernah luput sekalipun dalam
melaksanakan shalatnya. Sehingga Allah SWT menamainya Fatimah, karena Allah
mengharamkan dan menjauhkan atas Fatimah dan keturunannya api neraka. Sehingga
ia diberi gelar az-Zahra oleh Rasulullah yang artinya orang yang suci.
[1] Ali Syariati. Fatimah Az-Zahra. Hal.8. Pustaka Zahra:Jakarta
[2] http.Syafiq Basri. Biografi
Fatimah Az-Zahra. 19.09.2014
[3] http.al-syahbana.blogspot.com.Gelar dan keistimewaan Fatimah Az-Zahra.
19.09.2014
[4] Abdurrahman Umairah. Tokoh-tokoh yang diabadikan Al-Qur’an.
Hal 218.
[5] http.www. Fatimah Azzahra. 19.09.2014.
[6] Abdurrahman Umairah. Tokoh-tokoh yang Diabadikan Al-Qur’an.2000.
Gema Insani Press:Jakarta.
[7] Ahmad Abdulatif.10 Orang Dijamin Kesurga.1994. hal.83
[8] http.bhalaqah.com.Isteri Sholeha.
19.09.2014
[9] Abdurahhman Umairah. Tokoh-tokoh yang diabadikan Al-Qur’an.
Hal.293
[10] Abdurrahman Umairah. Tokoh-tokoh yang Diabadikan AL-Qur’an .
hal. 274
[11] http.bhalaqah.com.Isteri
Sholeha. 19.09.2014
[13] Moenawarman Chaklil, Kelengkapan
Tarikh Nabi Muhammad Saw
(Gema Insani, Jakarta: 2001), hlm. 98
[14] Ali Umar al-Habsy.Dua Pusaka Nabi SAW. Pustaka
Indonesia:Jakarta
[15] .Ahmad Abdulatif. 10
Orang Dijamin Kesurga.1994. Gema Insani Press:Jakarta
[16] http.al-syahbana.blogspot.com.gelar dan keistimewaan Fatimah Az-Zahra.
19.09.2014
[17] http.al-syahbana.blogspot.com.gelar dan keistimewaan Fatimah Az-Zahra.
19.09.2014
1 Comments
Izinkanlah saya menulis / menebar sejumlah doa, semoga Allaah SWT mengabulkan, antara lain memberi kaum Muslim tempat yang mulia diakhirat (khususnya para anak Sayyidina wa Nabiyyina wa Maulaanaa Muhammad Shallahu’alaihi wa alihi wa shahbihi wa ummatihi, wa baraka wassallam). Aamiin yaa Allaah yaa rabbal ‘aalamiin.
ReplyDeleteLebih dan kurang saya mohon maaf. Semoga Allaah SWT selalu mencurahkan kasih sayang kepada kaum Muslim. Aamiin yaa Allaah yaa rabbal ‘aalamiin.
Asyhaduu anlaa ilaaha illallaah wa asyhaduu anna muhammadarrasuulullaah
A’uudzubillaahiminasysyaithaanirrajiim
Bismillahirrahmaanirrahiim
Alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin,
Arrahmaanirrahiim
Maaliki yaumiddiin,
Iyyaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin,
Ihdinashirratal mustaqiim,
Shiratalladzina an’amta alaihim ghairil maghduubi ‘alaihim waladhaaliin
Aamiin
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Alhamdulillaahirabbil ‘aalamiin, hamdan yuwaafi ni’amahu, wa yukafi mazidahu, ya rabbana lakal hamdu. Kama yanbaghi lii jalaali wajhika, wa ‘azhiimi sulthaanika.
Allaahumma shalli wa sallim wa baarik, 'alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa wa Maulaanaa Muhammadin wa ikhwaanihii minal anbiyaa-i wal mursaliin, wa azwaajihim wa aalihim wa dzurriyyaatihim wa ash-haabihim wa ummatihim ajma'iin.
Allaahumma innaa nas’aluka salaamatan fiddiini waddun-yaa wal akhirati wa ’aafiyatan fil jasadi wa ziyaadatan fil ‘ilmi wabarakatan firrizqi wa taubatan qablal mauti, wa rahmatan ‘indal mauti, wa maghfiratan ba’dal maut. Allahuma hawwin ‘alainaa fii sakaraatil mauti, wannajaata minannaari wal ‘afwa ‘indal hisaab.
Allaahumma inna nas aluka husnul khaatimah wa na’uudzubika min suu ul khaatimah.
Allaahuma inna nas’aluka ridhaka waljannata wana’uudzubika min shakhkhatika wannaar.
------(doa khusus untuk para anak Sayyidina wa Nabiyyina wa Maulaanaa Muhammad Shallahu’alaihi wa alihi wa shahbihi wa ummatihi, wa baraka wassallam, semoga Allaah selalu mencurahkan kasih sayang kepada mereka).
ALLAAHUMMAGHFIRLAHUM WARHAMHUM WA’AAFIHIM WA’FU ‘ANHUM
ALLAAHUMMA LAA TAHRIMNA AJRAHUM WA LAA TAFTINNAA BA’DAHUM WAGHFIRLANAA WALAHUM
Ya Allaah, terimalah amal saleh kami, ampunilah amal salah kami, mudahkanlah urusan kami, lindungilah kepentingan kami, ridhailah kegiatan kami, angkatlah derajat kami dan hilangkanlah masalah kami.
Ya Allaah, tetapkanlah kami selamanya menjadi Muslim, tetapkanlah kami selamanya dalam agama yang kau ridhai – Islam, tetapkanlah kami selamanya menjadi umat dari manusia yang paling engkau muliakan – Sayyidina wa Nabiyyina wa Maulaanaa Muhammad Shallahu’alaihi wa alihi wa shahbihi wa ummatihi, wa baraka wassallam.
Ya Allaah, percepatlah kebangkitan kaum Muslim. Pulihkanlah kejayaan kaum Muslim, Lindungilah kaum Muslim dari kesesatan terutama kemurtadan. Berilah kaum Muslim tempat mulia di akhirat.
Rabbana hablana min azwaajina, wa dzurriyyatina qurrata a’yuniw, waj’alna lil muttaqiina imaamaa.
“Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada keturunanku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (QS. Al-Ahqaaf: 15).
Rabbana hablana min azwaajina, wa dzurriyyatina qurrata a’yuniw, waj’alna lil muttaqiina imaamaa.
Rabbanaa aatinaa fiddun-yaa hasanataw wa fil aakhirati hasanataw wa qinaa ‘adzaabannaar wa adkhilnal jannata ma’al abraar.
Rabbanaa taqabbal minna innaka antassamii’ul aliimu wa tub’alainaa innaka antattawwaaburrahiim. Washshalallaahu ‘alaa sayyidina wa nabiyyina wa maulaanaa muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka wassallam.
HASBUNALLAAH WANI’MAL WAKIIL NI’MAL MAULA WANI’MAN NASHIIR.
Subhana rabbika rabbil ‘izzati, ‘amma yasifuuna wa salamun ‘alal anbiyaa-i wal mursaliin, walhamdulillahirabbil ‘aalamiin.
Aamiin yaa Allaah yaa rabbal ‘aalamiin.
Ganie, Indra - Bintaro Jaya, Tangerang Selatan, Banten
Terima Kasih telah berkunjug ke Artikel Saya, Silahkan Komnetar di Halaman bawah ini. Jadilah Pengutip yang Baik.