MAKALAH
SEJARAH PERADAPAN ISLAM
DINASTI-DINASTI KECIL
Disusun
Oleh kelompok 4 : 1. Annisa Rizki Ananda (14340006)
2.
Anisya (14340007)
3.
Ayu Fadila (14340009)
4.
Intan Mayang Sari (1434
5.
Lesiana (14340033)
Dosen
Pembimbing : Dr. Muh. Mawangir, M.Ag
JURUSAN
AQIDAH FILSAFAT 1
FAKULTAS
USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
IAIN
RADEN FATAH PALEMBANG
2014
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
- Latar Belakang ………………………………………………………….................. 1
- Rumusan Masalah …………………………………………………………………. 2
PEMBAHASAN
- Sejarah Berdirinya Bani Abbasiyah ………………………………………………. 3
- Munculnya Dinasti-Dinasti Kecil di Barat ……………………………………….. 5
a.
Dinasti Thulun
………………………………………………………………… 6
b.
Dinasti Iksidiyah
……………………………………………………………… 7
c.
Dinasti Hamdaniyah …………………………………………………………… 8
- Dinasti-Dinasti Kecil di Timur ………………………………………………….. 9
a.
Dinasti Tahiriyah
………………………………………………………………. 9
b.
Dinasti Saffariyah
……………………………………………………………… 9
c.
Dinasti Samaniyah
……………………………………………………………… 10
d.
Dinasti ghaznawiyah …………………………………………………………... 10
- Faktor-Faktor Munculnya Dinasti-Dinasti Kecil Masa Daulah Abbasiyah ……….. 11
PENUTUP
- Kesimpulan ………………………………………………………………………… 12
- Kritik dan Saran ……………………………………………………………………. 12
DAFTAR PUSTAKA
DINASTI-DINASTI KECIL PADA MASA
BANI ABBASIYAH
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
wilayah
kekuasaan Abbbasiyah pada periode pertama hingga masa keruntuhan sangat luas,
meliputi berbagai bangsa yang berbeda, seperti Maroko, Mesir, Syria, Persia,
Turki dan India. Penyebab mengapa banyak daerah yang memerdekakan diri adalah
terjadinya kekacauan atau perebutankekuasaan di pemerintahan pusat yang
dilakukan oleh bangsa Persia dan Turki.
Dalam
peradapan umat Islam, Bani Abbasiyah merupakan salah satu bukti sejarah
peradapan Islam yang terjadi. Bani Abbasiyah merupakan masa pemerintahan umat
Islam yang memperoleh masa kejayaan yang gemilang. Pada masa ini banyak
kesuksesan yang diperoleh Bani Abbasiyah, baik itu dibidang ekonomi, politil,
dan ilmu pengetahuan.
Hal
ini perlu diketahui sebagai acuan semangat bagi generasi ummat Islam bahwa
peradapan ummat Islam itu pernah memperoleh masa keemasan yang melampaui
kesuksesan Negara-negara eropa. Dengan mengetahui bahwa dahulu peradapan umat
Islam itu diakui oleh seluru dunia, maka akan memotivasi sekaligus menjadi ilmu
pengetahuan tentang sejarah peradapan umat Islam bahkan untuk mengulangi masa
keemasan tersebut.[1]
Daerah-daerah kecil dinasti
Abbasiyah, banyak yang melepaskan dan memerdekakan diri dari pemerintahan.
Setelah memerdekakan diri dari kekuasaan Abbasiyah, kebanyak dari mereka
membangun dan menjadikan wilayah tersebut menjadi dinasti-dinasti kecil yang
berdiri secara independen dan berusaha untuk meluaskan wilayah kekuasaan dengan
menaklukkan daerah-daerah sekitarnya. Mereka melepaskan diri dengan cara, pertama,
seoranmg pemimpin lokal suatu
pemberontakan dan berhasil memperoleh kemerdekaan penuh, seperti dinasti
Idrisiyah, kedua seorang yang ditunjuk oleh khalifah dan kedudukannya
semakin bertambah kuat, seperti dinasti Thahiriyah dan lain sebagainya.[2]
B. RUMUSAN MASALAH
a.
Bagaimana
sejarah berdirinya Bani Abbasiyah ?
b.
Dinasti apa saja
yang berdiri di bagian barat ?
c.
Dinasti apa saja
yang berdiri di bagian timur ?
PEMBAHASAN
C. Sejarah
berdirinya Bani Abbasiyah
Dinasti
Abbasiyah didirikan pada tahun 132 H/750 M, oleh Abu Abbas al-Shafah, dan
sekaligus sebagai khalifa pertama, kekuasan Dinasti Abbasiyah berlangsung dalam
rentang waktu yang panjang, yaitu selama lima abad dari tahun 132-656 H
(750-1258 M). berdirinya pemerintahan ini dianggap sebagai kemenangan pemikiran
yang pernah dikumandangkan oleh Hasyim (Alawiyun) setelah meninggalkanya
Rasulullah SAW dengan mengatakan Rasulullah SAW dan anak-anakya.
Sebelum
berdirinya Dinasti Abbasiyah terdapat tiga poros utama yang merupakan pusat
kegitan, antara satu dengan yang yang lain memiliki kedudukan tersendiri dalam
memainkan peranya menegakan kekuasaan keluarga besar paman Rasulullah SAW,
Abbas bin Abdul Muthalib.[3]
Sekitar
awal abad ke-8 (720 M), kebencian terhadap pemerintahan dinasti Bani Umayyah
telah tersebar luas. Kelompok-kelompok yang merasa tidak puas bermunculan,
antara lain:
a. Kelompok
muslim non-Arab (Mawali) yang memperotes kedudukan mereka sebagai warga kelas
dua di bawah warga Muslim Arab.
b. Kelompok
Syiah dan Khawarij
c. Kelompok
Muslim Arab di Mekkah, Madinah, dan Irak.
d. Kelompok
Muslim yang saleh, abik Arab maupun non-Arab.
Kelompok-kelompok
tersebut membentuk suatu kekuastan gabungan dikoordinator oleh keturunan
al-abbas, paman Nabi Muhammad saw. Perubahan sikap politik turunan abbas ini
dipelopori Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas.
Peluang
emas yang dimiliki Bani Abbasiyah untuk merebut pemerintahan Bani Umayyah itu
terjadi ada masa khalifa Merwan bin Muhammad (127-132 H/745-750 M) yakni
khalifah Bani Umayyyah terakhir. Gerakan Bani Abbasiyah menyusun dan
merncanakan kegiatan di al-Humaymah, tiga kota dijadikan sebagai pusat
kegiatan, yaitu:
a. Humaymah
sebagai pusat perencanaan organisasi
b. Kufah
sebagai kota penghubung
c. Khurasan
sebagai pusat gerakan praktis[4]
Awal
mula dinasti-dinasti kecil muncul di wilayah timur abbasiyah dan afrika bagian
utara (barat abbasiyah). Pada wilayah barat abbasiyah, muncul dinasti Thulun
(Thuluniyah), dinasti Iksidiyah, Dinasti Hamdaniyah. Di wilayah timur, muncul
dinasti Tahiriyah, dinasti Saffariyah, dinasti Samaniyah, dan Ghaznawi.
Termasuk dinasti-dinasti yang cukup besar hingga mereka mampu menguasai
kekhalifahan Abbaiyah di pusat yang cukup lama yaitu dinasti buawiyah yang
menganut syi”ah itsna “asy’ariyah dan dinasti salju dari turki yang sunni.
Sementara
itu factor geografis ternyata juga menjadi salah satu factor penyebab munculnya
dinasti-dinasti kecil di lingkungan Abbasiyah. Meskipun kekuatan Abbasiyah
sangat kuat, senjatanya cukup menyulitkan bagi kekuatan Abbasiayah karena
kondisi geografisnya. Berdasarkan factor geografis itulah, khalifah Abbasiyah
pusat menyerahkan mandatnya kepada gubernur wilayah yang ditunjuk, untuk
mengurusi penarikan pajak dan menggunakan wewenang untuk mengurusi kekuasaaan
local di daerah-daerah. Namun kebijakan itu tanpa disadari menumpuk berdirinya
dinasti-dinasti kecil yang lambat laun membesar.
Sementara
badri yatim menguraikan sebab-sebab lain munculnya dinasti-dinasti kecil
tersebut, yaitu kemungkinan para khalifa Abbasiyah sudah merasa puas dengan
besarnya pajak dari gubernur-gubernurnya, serta penguasa bani Abasiyah lebih
focus untuk mengembangkan peradapan dan kebudayaan, dari pada politik dan
ekspansi wilayah.
D.
MUNCULNYA
DINASTI-DINASTI KECIL DIBARAT
Lima
tahun setelah berdirinya kekhlifahan abbasiyyah, abd al-Rahman muda,
satu-satunya keturunan Dinasti Umayyah yang luput dari pembantaian masal yang
menanadai naiknya rezim baru, tiba disebuah tempat, jauh dari daratan Kordova
Spanyol. Satu tahun kemudian, tahun 756, dia mendirikan sebuah dinasti yang
kelak menjadi dinasti besar. Ketika itu, provinsi pertamanya yang kelak akan
menggunguli kemajuan imperium Abbasiyah masih sedang berkembang, begitu pula
provinsi-provinsi lain yang segera menyusul.
Pada
785, idris ibn Abdullah, cicit al-Hasal, ikut serta dalam salah satu
pemberontakan sengit kelompok pengikut Ali di Madinah. Perlawanan tersebut bisa
diredam dan di dia menyelamatka diri ke Maroko. Disana dia berhasil mendirikan
kerajaan yang mengabdikan namanya selama hamper dua abad (788-974) berikutnya.
Idrisiyah, yang menjadikan fez sebagai ibukota utamanya, adalah dinasti syiah
pertama dalam sejarah.
Ketika
idrisiyah-syiah meluaskan darah kekeuasaannya di bagian barat Afria Utara,
Aglabiyah-sunni juga melakukan hal yang sama di timur. Diluar wilayah yang
dimanakan Afrigiyah (afrika kecil, terutama Tunisia), sempalan dari “Afrika”
latin, Harun al-Rasyid pada 800 telah mengangkat ibrahim ibn a-aghlab sebagai
gubernur. Ibn al-Aghalab (800-811) memerintah sebagai penguasa yang berdiri
sendiri, dan setahun setelah pengangkatannya, tak satupun khlifah abbasiyah
yang menjalankan kekuasaan diluar pembatasan barat mesir.
Dinasti
itu menjadi salah satu titik penting dalam sejarah konflik berkepanjangan antar
asia dan Eropa. Dengan armadanya yang legkap, mereka memorak-porandakan kawasan
pesisir italia, prancis, Korsika, dan Sardinia. Salah satu dari mereka, Ziyadat
Allah I (817-838), pada 827 mengirim ekspedisi ke sisila Bizantium, yang
didahului oleh operasi para bajak laut. Pada saat yang sama, para bajak laut
muslim dari kreta terus-menerus menyerbu pulau-pulau kecil di laut aegea, dan
pada pertengahan abad kesepuluh, mereka mereka menyerang kawasan pesisr yunani.
Masjid
besar Kairawan, yang masih berdiri sebagai saingan bagi masjid-masjid
termasyhur di timur, mulai dibangun dibawah kekeuasaan Ziyadat Allah dan
disempurnakan oleh Ibrahim II (874-902). Tempat berdirinya masjid itu juga
merupakan likasi berdirinya bangunan suci ‘Uqbah, pendiri kaiwaran. Masjid
‘Igbah oleh para penerusnya telah dihiasi dengan pilar-pilar marmer yang
didapat dari puing-puing Kartago, yang kemudian dimanfaatkan lagi oleh penguasa
Aglabiyah.
Dibawah
kekuasan Aglabiayah inilah terjadinya perubahan penting kawasan Afrika kecil.
Dari kawasan yang tadinya dihuni oleh para penganut Kristen yang berbicara dengan
bahasa latin menjadi kawasan para penganut islam yang berbicara dengan bahasa Arab.
Penguasa aglabiayah terkhir adalah ziyadat Allah III (903-909) yang pada 909
melahirkan diri dari serangan Fatimiyah tanpa memberikan perlawanan sedikit un.
Cerita tentang fatimiyah yang pada 909 menggantikan Aglabiayah di Afrika Utara
dan pada 969 menyingkirkan iksidiyah di Mesir dan Suriah utara, akan dibahas
pada berikunya. Iksidiyah, yang sejarahnya akan segera kita tinjau secara
rinkas, diawali oleh dinasti Thulun.[5]
a. Dinasti
Thulun
Pendiri
dinasti Thulun yang berumur pendek (dawlah, 868-905) di Mesir dan suriah adalah
Ahmad ibn Thulun dan berkuasa selama 38 tahun dengan lima kepala Negara, yaitu
:
1) Ahmad
bin thulun (869-883 M),
2) Kharuweih
(883-895 M).
3) Yeysy
bin Khamaruweih (895-896 M).
4) Harun
bin Khamaruweih (896-904 M).
5) Asyeiban
bin Ahmad.[6]
Ayahnya
seorang turki dari Farghanah, pada 817 dipersembahkan oleh penguasa Samaniyah
di Bukhara sebagai hadiah untuk al-ma’mun. pada 868, ahmad berangkat ke Mesir
sebagai pimpinan tentara untuk gubernur Mesir. Disini ia segera berusaha
mendapatkan keerdekaan dirinya. Peristiwa ini menjadi titik balik yang mengubah
sejarah kehidupan mesir selanjunya. Peristiwa ini juga menandai bangkitnya
sebuah Negara merdeka di lembah sungai Nil yang kedaulatannya bertahan selama
abad bertengahan. Lahirnya dinasti Thulun, mengubah keadaan negeri yang
berhasil menciptakan kemakmuran.
Ibn
Thulun (868-884) membangun Negara barunya itu dan membentuk sebuah organisasi
militer yang ketat. Untuk mempertahankan kekuasaan, ia mengandalkan kekkuatan
angkatan perangnya yang berkekuatan seratus ribu tentara, dengan pasukan
intinya terdiri atas prajurit berkebangsaan Turki ditambah budak-budak negro.
Ahmad
melakukan Suriyah dengan mudah 887 M, ketika gubernur suriah meninggal. Mesir memerinta
suriah untuk pertama kalinya, dan menjadi Negara yang berdaulat sejak masa
fir”aun. Dinasti mesir juga mengembangkan system irigasi, yang berimbas pada
terdongkraknya perekonomian islam. Thulun merupakan rezim pertama sejak
penaklikan bangsa Arab yang berhasil membangun masyarakat muslim mesir sehingga termasyhur sebagai pusat
kesenian dan tempat berdirinya istana yang megah.
Dinasti
Thulun adalah manifestasi paling awal dari kristalisasi politik elemen terki
yang tak terkendali dan muncul tiba-tiba dijantung kekhalifahan. Kemunculan
dinasti ini segera diikuti oleh munculnya berbagai dinasti keturunan turki yang
lainnya. Meskipun demikian, dinasti Thulun, dinasti iksidiyah dan kebyakan
dinasti lainya, tidak punya basis kebangsaan di tanah yang mereka kuasai
sehingga mereka berumur pendek.[7]
b. Dinati
Iksidiyah
Daulah
ini berkuasa selama 25 tahun saja, dengan kepala Negara yaitu:
1) Muhammad
Ikhsyid (944-945 M).
2) Abu
bakar anujur (945-960 M).
3) Abdul
hasan (960-965 M).
4) Abdul
Fawans Ahmad (965-968 M).
5) Addul
Miski Kavour.[8]
Dinasti
ini didirikan oleh Muhammad ibn hulugh di Fushtat dan keturunan dari Farghanah
yang memperoleh gelar kebangsawanan ala Iran, Ikhsyid dari khalifa al-Radi,
penguasa Abbasiyah pada 939 M, karena berhasilnya mempertahankan wilayah Nil dari
serangan Fatimiyah. Tidak lama berselang setelah tuntasnya pemberontakan pada
penguasa Abbasiyah di mesir dan suriah, muncul lagi dinasti turki lain yang
masih keturunan Farghanah, yakni iksidiyah. Dua tahun kemudian, dinasti
iksidiyah, mengikuti langkah thulun sebelumnya, memasukan wilayah
suriah-palestina ke dalam Negara semi-indenpenden yang yang dipimpinnya.
Dua
anak lelaki pemimpin dinasti iksidiyah dkendaliak oleh Abu al-Misk Kafur, budak
yang dubeli sang ikhsyid dari seorang saudagar minyak seharga 8npoundsterling.
Kafur berhasil mempertahankan mesir dan suriah menghadapi dinasti Hamdaniyah.
Budak kulit hitam itu naik pangkat dan mendapatkan that tertinggi. Akhir dari
dinasti iksidiyah adalah serangan dinasti Fatimiyah dibawah pimpinan jendral jawhar,
ketika itu abu al-fawaris ahmad, yang berusia sebelas tahun tidak bisa berbuat
apa-apa dan menyerahkan nya kepada Fatimiyah.
c. Dinasti
Hamdaniayah
Kewilayah
utara, iksidiyah mesir memiliki pesaing kuat yaitu dinasti Hamdaniyah yang
syiah. Dinasti itu didirikan pertama kali di Mesopotamia utara dengan mosul
sebagai ibukotanya (929-991). Mereka adalah keturunan hamdan ibn hamdun dari
suku taqhlib, yang pada 944 menyebar hingga ke suriah utara, dan dibawah
pimpinan sayf al-Dawlah (pedang kerajaan) berhasil merebut Aleppo (halab) dan
Hims dari kekuasaan iksidiyah. Penerus kedua, sa’id al-Dawlah mencapai kejayaan
dalam sejarah, kerena perhatian dan kepeduliannya yang besar dalam bidang
pendidikan dan sastra. Tokoh-tokoh besar yang lahir adalah sejarawan dan pemusik
yang bernama al-Isfarawani, khalib istana. Kota itu diperhatikan dengan
bangunan-bangunan megah, diantaranya rumah sakit 60.000 dinar. Selain itu,
dibangun pula masjid agung yang mengabdikan nama Ahmad ibn Thulun, menjadi
salah satu monument keagamaan penting dalam islam.[9]
E.
DINASTI-DINASTI
KECIL DI TIMUR
Dinasti-dinasti
kecil berikut ini adalah dinasti-dinasti yang berdiri di timur nasty tahiriyah.
Saat dinasti kecil sebagian besar berasal dari Arab memecah wilayah kekuasaan
khalifah di barat, proses yang sama juga tengat terjadi di timur, tertama
dulakukan oleh turki dan Persia.
a. Dinasti
Tahiriyah.
Dinasti
yang pertama mendirikan sebuah Negara semi-independen di sebelah timur Baghdad
adalah orang yang pernah dipercaya al-Ma’mun dari Khurasan, yang secara
gemilang berhasil memimpin balatentara rajanya untuk melawan al-amin. Dalam
perang Thahir simata satu itu diceritakan sangat lihai mengguanakan pedang
dengan kedua tangannya sehingga al-ma’mun menjuliki dzu al-yaminain (ambidextrous. Bertangan kanan dua) dan
seorang penyair menggambarkannya sebagai prajurit yang “kekurangan satu mata,
tetapi punya dua tangan kanan”.
Thahir
seorang keturunan budak Persia, pada 820 diangkat oleh al-ma’mun sebagai
gubernur atas semua kawasan disebaelah timur Baghdad, dengan pusat kekuasaannya
di Khurasan. Thahir adalah pengikut khalifa, mereka memperluas wilayah
kekuasaannya hingga perbatasan india. Meskipun begitu, dinasti Tahiriayah tetap
berhubungan baik dengan khlifah Abbasiayah. Justru, mereka ikut membantu dalam
menjalankan pemerintahan bani Abbas. Dinasti Tahiriyah bertahan di Naisabur
sampai tahun 872 M.
b. Dinasti
saffariyah.
Ya’qub
bin al-Layth as-saffar adalah oaring yang mendirikan dinasti ini. Mulanya
berada di Sijistan, yang pada awalnya ketertarikan gubernur Sijistan atas
ya’qub yang dijuluki Al-Shaffar (tukang pandai besi) mempunyai prilaku buruk,
yaitu merampaok. Oleh sebab itu gubernur sijistan mempercayakan wilayah itu
untuk dipimpin ya’qub. Akhirnya dinasti ini digantikan oleh dinasti samaniyah
yang memperoleh wilayah cukup luas.[10]
c. Dinasti
Samaniyah.
Sanmaniyah
merupakan keluarga dari Transoxianan dan Persia, keturunan saman yang bangsawan
dan penganut Zoroaster. Pendirinya adalah Nashr ibn Ahnad yang berhasil merebut
khurasan dari dinasti saffariyah pada tahun 900 M. dibawah kekuasaan Samaniyah,
kaum muslim berhasil menaklukan Transoxiana, yang beribu kota Bukhara, dan kota
terkemukanya samarkan yang hamper mengungguli Baghdad di bidang seni dan
pendidikan. Pada masa inilah ilmuwan dan filosof muslim mempersembahkan
karya-karyanya. Al-Razi mempersembahkan karyanya dalam bidang kedokteran kepada
pangeran Samaniyah. Sementara itu, ibnu sina yang masih berusia belasan tahun,
denganbebas mengakses buku-buku di perpusatkaan istana. Tak hanya itu,
kebangkitan sastra Persia juga berkembang.
Kendati
merupakan salah satu dinasti iaran yang paling tercerahkan, Samaniyah tidak
terlepas dari kekurang yang terbukti telah menghancurkan dinasti-dinasti lain
pada periode yang sama. Bhakan didalam Negara sendiri, kekuasaan berangsur-angsur
diambil alih oleh budak-budak Turki, yang justru merupakan golongan yang sering
diadili oleh penguasa Samaniyah. Salah satu wilayah Samaniyah, sebelah selatan
oxxus, perlahan-lahan dicaplok oleh dinasti Ghaznawi, yang berkuasa dibwah
pimpinan salah satu budak Turki.
d. Dinasti
Ghaznawiyah
Seorang
budak turki yang disukai dan dihargai oleh pengasa Samaniyah, memulai karir
sebagi pengawal, kemudian naik pangkat menjadi kepala pengawal, dan mencapai
puncaknya menjadi gubernur Khursan. Setelah hubungan baik itu menuju disuatu
tempat yang di perbatasi sebelah timur kerajaan. Pada 962 M, merebut Ghaznah
yang wilayahnya kemudian meliputi Afganistan dan Punjab. Pendirinya adalah
menantu pengawal tersebut yangbernama Subuktigin.
Kebangkitan
Ghaznawi menunjukan kemenangan orang turki melawan Iran dalam perjuangannya
merebut posisi tertinggi dalam islam. Namun, kekuasan Ghaznawi tidak jauh berbeda
nasibnya dengan dinasti-dinasti kecil lainya. Wilyah-wilayahnya di timur,
memisahkan diri dari dan muncullah dinasti-dinasti baru.[11]
F.
Faktor-Faktor Munculnya
Dinasti-Dinasti Kecil Masa Daulah Abbasiyah
Berbagai
hal yang terjadi di pusat pemerintahan bani Abbasiyah memberikan pengaruh besar
terhadap daerah-daerah kekuasaan daulah ini. Karena pemerintahan khalifah yang
lemah banyak muncul pemberontakan-pemberontakan di berbagai daerah yang ingin
membentuk dinasti-dinasti kecil yang melepaskan diri dari bani Abbasiyah.
penyebab
utama mengapa banyak daerah yang memerdekakan diri adalah terjadinya kekacauan
atau perebutan kekuasaan di pemerintahan pusat yang dilakukan oleh bangsa
Persia dan Turki.
Selain
itu faktor kekuasaan politik dari Daulah Islamiyah mulai menurun dan terus
menurun, terutama kekuasaan politik sentral, karena negara-negara bagian
(kerajan-kerajan kecil) sudah tidak menghiraukan lagi pemerintah pusat, kecuali
pengakuan secara politis saja. Kemudian kekusaan “Militer Pusat” pun
mulai berkurang daya pengaruhnya, sebab masing-masing panglima di daerah-daerah
sudah berkuasa sendiri, bahkan pemerintah-pemerintah daerah pun telah membentuk
tentara sendiri. Dan akhirnya putuslah ikatan-ikatan politik antara
wilayah-wilayah Islam.
Akibatnya
propinsi-propinsi tertentu di pinggiran mulai lepas dari genggaman penguasa
Bani Abbas. Ini bisa terjadi dengan dua cara, pertama, seorang peminpin lokal
memimpin suatu pemberontakan dan berhasil memperoleh kemerdekaan penuh, seperti
daulat Umayyah di Spanyol dan Idrisiyah di Marokko. Kedua, seorang yang ditunjk
menjadi gubernur oleh Khalifah yang kedudukannya semakin kuat, seerti daulah
Aghlabiyah di Tunisiyah dan Thahiriyyah di Khurasan.
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Yang pempengaruhi munculnya
dinasti-dinasti kecil disebabkan berbagai hal yang terjadi di pusat
pemerintahan Abbasiyah memberikan pengaruh besar terhadap daerah-daerah
kekuasaan daulah ini. Kerena pemerintahan khalifah yang lemah banyak muncul
pemberontakan-pemberontakan di berbadi daerah yang ingin membentuk
dinasti-dinasti kecil yang melepaskan diri dri bani Abbasiyah.
Dinsti-dinasti
kecil yang lahir dan memisahkan diri dari kekuasaan Baghdad pada masa khalifah
Abbasiyah, dapat dibagi dua bagian yaitu barat dan timur. Adapun
dinasti-dinasti bagian barat diantaranya adalah: Dinasti Thulun, Dinasti
Iksidiyah, Dinasti Hamdaniyah, Dinasti Idrisiyah. Seadngkan dibagian timur
diantaranya adalah: Dinasti Tahiriyah, Dinasti saffariyah, Dinasti Samaniyah,
dan Dinasti Ghaznawiyah.
B. KRITIK DAN SARAN
Makalah ini mungkin sangat jauh dari kata sempurna. Untuk
itu penulisan selalu mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian, agar
menjadi masukan dan perbaikan bagi penulisan sehingga kedepannya makalah ini
menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Yatim,Badri.2008. Sejarah
Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Hadi.Nur. 2008. Ayo
mengkaji sejarah kebudayaan islam. Bandung: Erlanggga.
Mawangir.muh. 2014. Sejarah
Peradapan Islam. Palembang: Noer Fikri.
Hitty, Pillip K. 2010. History
of the Arabs, Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.
[1]
Muh. Mawangir, sejarah peradapan islam, (Pelembang:
noerfikri, 2014) hlm. 49
[2]
Badri Yatim,SejarahPeradaban Islam Dirasah Islamiyah II (Jakatrta: PT
Raja Grafindo Persada, 2006), hal.64
[3] Muh. Mawangir, sejarah peradapan islam, (Pelembang: noerfikri, 2014) hlm. 50
[4]
Nur Hadi, ayo mengkaji sejarah kebudayaan
islam, (Bandung: Erlangga, 2008), hlm. 67-68.
[5]
Pillip K. Hitty, History of the Arabs (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta,
2010), hal. 570-573
[6]
Nur hadi, Ibid,. hlm. 81
[7]
Pillip K. Hitty, op., cit. hlm. 573-577.
[8]
Nur hadi, Ibid,. hlm. 81-82
[9]
Pillip K. Hitty, op., cit, hlm.
579-580.
[10]
Pillip K. Hitty, ibid., hlm. 585-586.
[11]
Pillip K. Hitty, ibid., hlm. 587-591.
0 Comments
Terima Kasih telah berkunjug ke Artikel Saya, Silahkan Komnetar di Halaman bawah ini. Jadilah Pengutip yang Baik.