PENDAHULUAN
Semua
lapisan masyarakat dalam kehidupan ini pasti berinteraksi baik sesama manusia
yang ada di sekitarnya maupun manusia di tempat lainnya. Sebagai mahluk sosial
hal tersebut pastilah terjadi karena manusia tidak dapat hidup dan berkembang
tanpa adanya esensi dari mahluk lainnya. Agama
berdimensi individual juga sosial. Sosiologi sejak awal sudah menaruh perhatian
besar terhadap fenomena agama ini. Kepercayaan agama dianut seseorang mempunyai
dampak besar bukan hanya bagi dirinya, melainkan juga dapat berdampak sosial.
Demi kepercayaan yang dianutnya dan demi kebenaran yang diyakininya seseorang
dapat berbuat apa saja termasuk mengorbankan jiwa raganya. Terorisme yang
menggunakan media bom bunuh diri merupakan salah satu contohnya. Selain itu,
sejarah telah mencatat banyak perang besar yang terjadi karena pada hakekatnya
merupakan perang keyakinan. Maka dari itu perlu diadakannya pendekatan. Pendekatan
Agama dalam Masyarakat dapat dilakukan dengan cara pendekatan sosial dan
pendekatan budaya.
1.2 Rumusan Masalah
a. Hakekat dan Fungsi Sosial
Agama
b. Pendekatan-Pendekatan
Sosiologi dan Antropologi Agama
1.3 Tujuan Penulisan
a.
Menambah
wawasan keilmuan tentang agama, dan pendekatan-pendekatan yang ada dalam agama
serta fungsi dari agama tersebut.
b.
Dengan
mengetahui pendekatan-pendekatan tersebut diharapkan kita dapat menggunakannya
sebagai suatu ilmu untuk dapat lebih memahami agama dan juga
interaksi-interaksi sosial yang ada dalam masyarakat.
c.
Pembuatan
makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan salah satu tugas dari mata kuliah
Studi Keislaman.
PEMBAHASAN
2.1
Sosiologi Agama
2.1.1
Dasar-Dasar Sosial Agama
Agama menurut E. Durkheim ialah suatu
sistem kesatuan dari keyakinan dan praktek-praktek yang bersifat relatif
terhadap hal-hal yang sacred, yakni segala sesuatu yang dihindari atau dilarang
dan keyakinan-keyakinan dan praktek-praktek yang mengajarkan moral yang tinggi
kedalam suatu komuniti.[1]
Sosiologi harus dikaitkan dengan segala
sesuatu yang sudah berada di tingkat yang masuk akal, dilihat sebagai kenyataan
sosial, meski tidak sesuai dengan definisi “resmi” mengenai apakah insitute
masyarakat itu.[2]
2.1.2 Hakekat dan Fungsi Sosiologi Agama
Menurut pandangan sosiologi, agama yang
terwujud dalam kehidupan masyarakat adalah fakta sosial. Sebagai suatu fakta
sosial, agama dipelajari oleh sosiolog dengan menggunakan pendakatan ilmiah.
Disiplin ilmu yang digunakan oleh sosiolog dalam mempelajari masyarakat
beragama itu disebut sosiologi agama. Sosiologi umum membicarakan semua
fenomena yang terjadi di masyarakat secara umum, sedangkan sosiologi agama
membicarakan salah satu aspek dari berbagai fenomena sosial, yaitu agama dalam
perwujudan sosial.[3]
Para ahli sosiologi agama memandang
agama sebagai suatu pengertian yang luas dan universal, dari sudut pandang
sosial dan bukan dari sudut pandang individual. Hal itu berarti sosiologi agama
tidak melulu membicarakan suatu agama yang diteliti oleh para penganut agama
tertentu, tetapi semua agama dan semua daerah di dunia tanpa memihak dan
memilah-milah.[4]
2.2.3 Metode Pendekatan Sosiologi Agama
a. Pendekatan dalam penelitian Sosiologi Agama
Ada dua pendekatan penting dalam
penelitian agama. Pertama, Pendekatan Teologis, yaitu pendekatan kewahyuan atau
pendekatan keyakinan peneliti sendiri. Pendekatan ini biasanya dilakukan dalam
penelitian terhadap suatu agama untuk kepentingan agama yang diyakini si
peneliti. Pendekatan sosiologi pendekatan yang penuh dengan subjektivitas dari
peneliti, sarat dengan muatan kepentingan, keyakinan, dan prasangka peneliti.[5]
Yang termasuk dalam jenis penelitian teologis ini
adalah penelitian yang dilakukan oleh ulama, pendeta dan para rahib terhadap
suatu objek masalah dalam agama yang menjadi tanggung jawab mereka, baik
disebabkan oleh adanya pertanyaan dari jamaah atau lainnya.
Kedua, Pendekatan keilmuan, yaitu
pendekatan yang memakai metodelogi ilmiah, penelitian yang memakai
aturan-aturan yang lazim dalam penelitan
keilmuan. Pendekatan ini menggunakan metodelogi tertentu yang diakui
kebenarannya oleh dunia keilmuan, sistematis atau runtut dalam cara kerjannya,
empiris yang diambil dari dunia nyata bukan dari pemikiran atau angan-angan,
objektif artinya sesuai dengan fakta, tidak dibarangi oleh keyakinan atau
prasangka sendiri.[6]
b. Pendekatan Interaksionisme Simbolik
Teori interaksionisme simbolik bersumber
dari karya-karya Charles Horton Coolley dan George Herbert Mead.[7]
Pendekatan interaksionisme simbolik ini melihat agama terdiri atas seperangkat
simbol yang digunakan masyarakat untuk mempertahankan dan menjelaskan
kehidupan. Simbol-simbol yang digunakan dalam agama termasuk objek-objek
termasuk batu, sungai, gunung, dan bahkan binatang seperti sapi dan harimau.
Binatang-binatang dan objek-objek dipandang sebagai sesuatu yang suci dan
dimuliakan dalam ibadah-ibadah yang dilakukan umat agama. Tuhan merupakan
sesuatu yang spritual yang tidak bisa didekati manusia yang penuh dosa. Teori
interaksionisme simbolik dalam agama memfokuskan pada proses bagaimana
seseorang menjadi religius.[8]
c. Pendekatan Fenomenologi
Pendekatan Fenomenologi terhadap agama sebagaimana
fenomenologi pada umumnya ditandai oleh tiga ciri, yakni Epoce, Einfuhlung, dan
visi eiditic vision.[9] Fenomenologi agama
merupakan suatu pendekatan metedologik terhadap studi agama dipengaruhi oleh
filsafat fenomenologi Edmund Husserl. Pendekatan fenomenologi merupakan
komplemen terhadap sejarah agama. Baik sejarah maupun fenomenologi agama
membentuk ilmu pengetahuan agama, kemudian ilmu perbandingan agama yang merujuk
istilah saat ini studi akademik terhadap agama atau studi agama.[10]
d. Pendekatan Konflik
Pendekatan konflik dalam sosiologi agama
dengan tokoh utamanya Marx sebenarnya juga menekankan pada fungsi agama dalam
masyarakat.[11] Teori agama Marx
bersumber dari karya-karya tentang dialektika materialisme. Konsep materialisme
Marx merupakan derivasi persoalan dunia. Ia berpendapat bahwa asal mula
persoalan merujuk pada kondisi material kehidupan manusia. Kondisi-kondisi
material suatu masyarakatlah yang menentukan pemikiran dan dunia ide manusia. Dengan
kata lain, ia ingin mengatakan bahwa bukanlah kesadaran yang mempengaruhi
eksistensi sosial, melaikan sebaliknya eksistensi sosial menentukan kesadaran
manusia. Lebih dari itu, ide tersebut tidak berada dalam sebuah kevakuman,
tetapi terkait dengan konteks sejarah yang mempengaruhi realitas masyarakat
yang dapat berubah setiap waktu.[12]
e. Pendekatan Fungsional
Pendekatan fungsional diinisiali oleh
Durkheim yang menekankan pada fungsi agama dalam masyarakat. Agama sebagaimana
institusi sosial lain mempunyai fungsi bagi masyarakat terutama dalam
meningkatkan kohesi dan integrasi sosial. Bagi Durkhem agama bahkan mempunyai
kedudukan istimewa dibanding institusi lain. Agama sebagaimana fenomena lain
oleh Durkheim dipandang sebagai fakta sosial yang bersifat eksterior, sui
generis, dan coercive.[13]
f. Pendekatan Evolusionistik
Pendekatan evolusionistik merupakan yang
tertua dalam sosiologi dan kali pertama digunakan oleh pendiri sosiologi, Ausguste
Comte. Pendekatan ini melihat agama sebagai institusi sosial yang mengalami
perkembangan secara evalusioner (bertahap) dan perubahan tersebut berdampak
pada perubahan struktur masyarakat secara keseluruhan. Comte memformulasikan
hukum tentang bagaimana masyarakat secara historis berkembang melalui tiga
tahap. Perkembangan masyarakat dimulai dari tahap teologis, metafisikal, hingga
positif.[14]
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Salah satu tujuan kita dalam mempelajari
pendekatan sosiologi dan antropologi ini ialah agar kita tidak tersesat dengan
suatu kepercayaan yang kita anut. Kepercayaan agama dianut seseorang mempunyai
dampak besar bukan hanya bagi dirinya, melainkan juga dapat berdampak sosial.
Demi kepercayaan yang dianutnya dan demi kebenaran yang diyakininya seseorang
dapat berbuat apa saja termasuk mengorbankan jiwa raganya. Terorisme yang
menggunakan media bom bunuh diri merupakan salah satu contohnya. Selain itu,
sejarah telah mencatat banyak perang besar yang terjadi karena pada hakekatnya
merupakan perang keyakinan. Dalam hal ini kita dapat mempelajari pendekatan
sosiologi dan antropologi. Dalam pendekatan sosiologi terdapat berbagai macam
teori pendekatan diantaranya teori interaksionisme simbolik, teori fungsional,
teori konflik, teori evolusionistik dan teori-teori lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Robertson, Roland. 1993. Agama: dalam analisa dan interpretasi
sosiologis, terj : Sociology of Religion oleh Drs. Achmad Fedyani
Saifuddin, M.A. cet ke-3. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Kahmad Dadang. 2006. Sosiologi Agama. cet ke-4. Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya Offset.
Haryanto,
Sindung. 2015. Sosiologi Agama Dari Klasik hingga Postmodern.
Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.
[1]Roland
Robertson, ed, Agama: dalam analisa dan interpretasi sosiologis, terj :
Sociology of Religion oleh Drs. Achmad Fedyani Saifuddin, M.A, cet ke-3,
(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1993), Hlm. 41.
[3] DR. H. Dadang
Kahmad, M.Si, Sosiologi Agama, cet ke-4, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Offset, 2006. Hlm. 46.
[4]Ibid., Hlm 47.
[7] Dr. Sindung
Haryanto, M.Si, Sosiologi Agama Dari Klasik hingga Postmodern,
Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2015, Hlm 53.
[13]Ibid., Hlm 46.
0 Comments
Terima Kasih telah berkunjug ke Artikel Saya, Silahkan Komnetar di Halaman bawah ini. Jadilah Pengutip yang Baik.