MAKALAH PENDIDIKAN ISLAM


 
                            Nama                          : Miki Armada
                            Nim                             : 11210115
                            Fakultas / Jurusan     : Tarbiyah / PAI
                            Semester / Angkatan   : II (dua) / 2011
                            Mata Kuliah               : Hadits

Dosen Pembimbing
Fatimah, S.Pd.I


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN 2012

PENDIDIKAN ISLAM
“Berbicara atau membahas tentang dunia pendidikan tak ubahnya seperti menimba air di lautan”. Mungkin itulah kiranya pepatah yang tepat, yang mampu memberikan gambaran umum kepada kita tentang sebuah suku kata yang berbunyi “Pendidikan”.
Pendidikan memang sangatlah luas ruang lingkupnya. Bahkan mungkin akan jauh lebih luas bila dibandingkan dengan semua samudera dan lautan yang terhampar di atas permukaan bumi ini. Baik dilihat dari segi corak, mulai dari yang bercorak Islam, Barat, Imperialisme, Radikalisme, Liberalisme, dan masih banyak lagi corak-corak pendidikan lainnya. Maupun dilihat dari segi bentuknya, mulai dari pendidikan teoritis, pendidikan praktis, dan pendidikan produktif. Itulah pendidikan, sebuah tema besar yang bermakna global dan universal.
Jika kita ingin membahas dan mengkaji lebih jauh tentang  dunia pendidikan secara keseluruhan, tentu akan membutuhkan waktu dan pembahasan yang panjang. Oleh karena itu, penulis akan berusaha membatasi pembahasan kita hanya pada pendidikan yang bercorak Islam saja. Hal itu disebabkan karena dasar atau landasan yang akan dijadikan pokok pembahasan tidak lain dan tidak bukan adalah ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah Saw. yang berhubungan dengan dunia pendidikan. Baik itu yang menjelaskan tentang pendidikan secara implisit maupun yang secara eksplisit.

1.                  Apa pendidikan Islam itu?
Pada dasarnya pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat serta derajat nilai diri yang tinggi ditengah masyarakat. Jadi pendidikan Islam itu adalah segala usaha untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, keterampilan, serta derajat nilai diri yang tinggi berdasarkan pada ajaran-ajaran serta aturan islam.[1]
Pengertian pendidikan sebagai sebuah usaha ini sejalan dengan firman Allah Swt. yang berbunyi:
ª!$#ur Nä3y_t÷zr& .`ÏiB ÈbqäÜç/ öNä3ÏF»yg¨Bé& Ÿw šcqßJn=÷ès? $\«øx© Ÿ@yèy_ur ãNä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur               öNä3ª=yès9 šcrãä3ô±s? ÇÐÑÈ

Artinya: “Dan Allah telah mengeluarkanmu dari rahim ibumu, sedang engkau dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa, dan Dia memberimu pendengaran serta penglihatan dan hati agar kamu bersyukur”. (Q.S an-Nahl: 78)
Didalam ayat diatas, telah dengan jelas dan gamblang Allah Swt. menjelaskan bahwa pengetahua/n dan perkembangan individu itu hanya dapat diperoleh melalui sebuah usaha (pendidikan) serta pembelajaran yang ia terima melaui pendengaran, penglihatan dan hati mereka.
Jadi sangatlah masuk akal jika kita mendefinisikan pendidikan itu sebagai sebuah usaha sadar untuk mendapatkan pengetahuan dengan menggunakan pendengaran, penglihatan, hati, dan akal yang telah sengaja Allah ciptakan untuk kita agar bisa mendapatkan perkembangan yang menuju ke arah yang lebih baik.

2.                  Ilmu Pengetahuan dalam dunia pendidikan Islam
Dalam bahasa Arab, Ilmu berasal dari kata, alima – ya’lamu yang bermakna tahu atau mengetahui. Islam selalu mendorong umatnya untuk mengedepankan Ilmu Pengetahuan.[2]
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, bahwa pendidikan Islam adalah usaha untuk memperoleh kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, keterampilan, serta derajat nilai diri yang tinggi ditengah masyarakat. Maka cara yang paling tepat untuk mendapat itu semua adalah dengan jalan menuntut ilmu atau belajar.
Sebagaimana firman Allah Swt :
Æìsùötƒ... ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uyŠ 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ׎Î7yz ÇÊÊÈ
Artinya: “....... Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan yang menuntut ilmu diantara kalian beberapa derajat”. (Q.S al-Mujadilah : 11)
Rasanya tidak ada imbalan yang lebih mulia dan lebih utama bila dibandingkan dengan mendapatkan derajat dan kemuliaan yang tinggi dari Allah Swt.
Rasulullah Saw selalu mendorong umatnya untuk menuntut ilmu, bahkan beliau mewajibkan hukum menuntut ilmu itu bagi setiap umat islam. Sebagaimana dalam salah satu sabda beliau yang berbunyi:

                                       طلب العلم فريضة على كل مسلم                            

Artinya: “menuntut ilmu itu adalah wajib bagi setiap orang Islam.”
            Sangatlah beralasan kenapa Islam selalu mendorong umatnya untuk selalu belajar (menuntut ilmu), bahkan firman Allah yang pertama kali diturunkan adalah ayat yang memerintahkan supaya belajar. Karena belajar itu adalah hal yang paling utama dan merupakan sarana yang baik  untuk mencerdaskan umat.[3]
Dalam banyak ayat yang diturunkan sesudahnya juga banyak memuat penjelasan tentang anjuran dan bahkan perintah kepada manusia untuk menggunakan potensi berpikir, meneliti, dan belajar dengan tetap menjadikan al-Quran sebagai ukuran mutlak dari kebenaran pengetahuan.

3.                  Pendidikan Akhlak dalam pendidikan Islam
Agama Islam sebagai ad-Diin atau way of life amat menekankan kepada pendidikan akhlak. Sesuai dengan hadis Rasulullah s.a.w yang bartinya
 “Agama itu adalah nasihat” (Sahih Muslim, Jilid 1, Bil. 43)
Nasihat tentang apa-apa yang betul dan apa-apa yang salah. Mengarahkan umatnya kearah jalan yang diridhai oleh Allah Swt.
Sesunggunhnya tujuan yang paling utama dalam pendidikan Islam adalah pembetukan akhlak dan budi pekerti yang mampu menghasilkan orang-orang yang berakhlak mulia dan berjiwa yang bersih, baik laki-laki maupun perempuan, berdasarkan pada al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw.[4]
Bahkan tujuan utama diutusnya Rasulullah Saw. oleh Allah Swt. tidak lain dan tidak bukan hanyalah untuk menyempurnakan akhlak. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw yang berbunyi:
اِنَّمَابُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَا قِ
Artinya: “Sesungguhnya saya diutus untuk menyempurnakan akhlak”.
Hadits diatas menunjukkan kepada kita bahwa sungguh akhlak menempati tempat yang tinggi dalam Islam. Oleh karena itu, menurut kaca mata Islam nilai akhlak adalah sebagian daripada agama Islam itu sendiri. Justru, dalam Islam manusia yang paling tinggi statusnya adalah manusia yang paling mulia akhlaknya dan tinggi sifat taqwanya. Malah, tidak sempurna iman seorang muslim itu sekiranya dia tidak memiliki nilai-nilai moral dan akhlak yang mulia dan terpuji. Banyak hadis yang menunjukkan kaitan iman dengan akhlak. Diantaranya,
 “Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling baik akhlaknya (Imam Ahmad, Juz 3, No. 7406)
 “Tidak sempurna iman seseorang itu sehingga dia mengasihi saudaranya sebagaimana dia mengasihi dirinya sendiri” (Sahih Bukhari, Jilid 1, Bil. 10).
Dua hadits diatas menjelaskan kepada kita bahwa tidaklah sempurna iman seseorang atau tidaklah dikatakan benar-benar beriman seseorang sebelum ia memiliki akhlak yang mulia baik itu terhadap dirinya sendiri maupun terhadap saudaranya sesama muslim khususnya.
Namun layaknya sebuah pendidikan praktis, pendidikan akhlak tidak akan pernah  berhasil bila tidak dibarengi dengan pemberian suri tauladan yang baik dari pendidik atau orang yang mendidik. Sebagaimana sebuah pepatah mengatakan bahwa “sebuah tauladan itu lebih baik daripada seribu nasehat”. Untuk itulah Allah membekali Rasul-Nya dengan akhlak yang mulia sebagai suri tauladan bagi hamba-Nya.
Sebagaimana firmannya yang berbunyi:
لَقَدْكَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةِ
Artinya: “ Sungguh telah ada dalam diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik.”
            Ayat diatas menegaskan kepada kita bahwa yand patut kita jadikan contoh atau suri taulada dalam setiap perbuatan dan tindakan kita adalah Rasulullah Saw. karena Allah telah menghiasi utusan-Nya itu dengan akhlak yang mulia.
4.                  Pendidikan wanita dalam pendidikan Islam
Dalam pandangan Islam mencari ilmu dan mengajarkannya adalah suatu kewajiban yang sangat mulia, oleh karena itu mencari ilmu adalah suatu kewajiban bagi setiap muslim. Lebih tegas lagi, Islam mewajibkan bagi setiap orang muslim dan muslimat. Sbagaimana sabda Rasulullah Saw. :
العلم فريضة على كل مسلم و مسلمة طلب
”Mencari ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim.” ( H.R Al-Bayhaqi dan Ibn-Majah)
Juga sabda beliau yang berbunyi:
وَاَيُّمَارَجُلٍ كَانَتْ عِنْدَهُ وَلِيْدَةٌ فَعَلَّمَهَا فَاَحْسَنَ تَعْلِيْمَهَاوَاَدَّبَهَا فَاَحْسَنَ تَاْدِيْبَهَا ثُمَّ أَعْتَقَهَا وَتُزَوِّجَهَا فَعَلَيْهِ اَجْرَانٍ
“setiap orang yang memilki walidah (hamba) dan mengajarkannya serta mendidiknya, kemudian ia memerdekakannya dan mengawininya, maka ia akan mendapat dua buah pahala.”
Ada beberapa ayat al-Qur’an yang menyatakan persamaan kedudukan antara keduanya, diantaranya:
tbqãZÏB÷sßJø9$#ur àM»oYÏB÷sßJø9$#ur öNßgàÒ÷èt/ âä!$uŠÏ9÷rr& <Ù÷èt/ 4 šcrâßDù'tƒ Å$rã÷èyJø9$$Î/ tböqyg÷Ztƒur Ç`tã ̍s3ZßJø9$# šcqßJŠÉ)ãƒur no4qn=¢Á9$# šcqè?÷sãƒur no4qx.¨9$# šcqãèŠÏÜãƒur ©!$# ÿ¼ã&s!qßuur 4 y7Í´¯»s9'ré& ãNßgçHxq÷Žzy ª!$# 3 ¨bÎ) ©!$# îƒÍtã ÒOŠÅ3ym ÇÐÊÈ  
Artinya: “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (Qur’an, 9:71)
Bahkan Allah juga tidak membedakan dalam hal memperkenankan permohonan keduanya, Allah Swt. berfirman:
............ÎoTr& Iw ßìÅÊé& Ÿ@uHxå 9@ÏJ»tã Nä3YÏiB `ÏiB @x.sŒ ÷rr& 4Ós\Ré& ( Nä3àÒ÷èt/ .`ÏiB <Ù÷èt/ (............ ÇÊÒÎÈ  
Artinya: “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain.(Qur’an, 3:195)
Wanita memang merupakan makhluk yang lemah secara fisik jika mau dibandingkan dengan laki-laki, namun dibalik kelemahannya itu wanita menyimpan sebuah kekuatan yang luar biasa apabila ia diperkuat dengan ilmu, akhlak yang mulia. Karena dari merekalah akan lahir para generasi-generasi penerus yang kuat. Penyair Hafiez Ibrahim pernah berkata:[5]
أَلْأُمُّ مَدْرَسَةٌاِذَاأَعْدَدْتَهَا ~ أَعْدَدْتَ شَعْبًا طَيِّبَ الْأَعْرَاقِ
“Ibu adalah suatu sekolah, bila dipersiapkan, maka ia akan dapat membentuk bangsa yang baik dan kuat”.
            Bahkan dalam sistem pendidikan modern pun wanita atau ibu merupakan guru pertama bagi anak-anak, karena ia adalah orang pertama yang dekat dan berpengaruh terhadap perkembangan fisik dan mental anak.
Seorang penyair syauki pernah menulis:[6]
وَاِذَاالنِّسَاءُ نَشَاْنَ فِيْ اُمِيَّةٍ ~ رَضَعَ الرِّجَالَ جَهَا لَةًوَخَمُوْلاً
لَيْسَ الْيَتِيْمُ مَنِ انْتَهَى اَبَوَاهُمِنْ ~ هَمِّ الْحَيَاةِوَخَلَفَاهُ ذَلِيْلاً
اِنَّ الْيَتِيْمُ هُوَالَّذِى تَلَقَّى لَهُ ~ أُمًاتَخَلَّتْ اَوْ اَبًامَشْغُوْلاً
“seorang wanita bila dewasa dalam keadaan buta huruf, ia akan menyusukan anak laki-laki yang bodoh dan  malas. Bukanlah yang dinamakan yatim itu seorang yang ditinggalkan bapaknya dalam kesusahan hidup sehingga ia terhina, tetapi yang dikatakan yatim ialah, seeorang yang ibunya tidak mengindahkan pendidikan dan bapaknya pun sibuk selalu.”
5.                  Peranan keluarga dalam pendidikan Islam
Keluarga merupakan tempat pertama bagi seorang anak mengenal dunianya. Selain itu keluarga adalah berperan sebagai tempat pertama pembentukan watak seorang anak. Seorang anak itu ibaratkan sbuah kertas putih yang masih bersih dari noda dan kotoran. Dan keluarga teerutama orang tua adalah orang pertama yang memberikan coretan-coretan didalam kertas tersebut. Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah Saw yang berbunyi:
كُلُّوْمَوْلُوْدٍيُوْلَدُعَلَى الْفِطْرَةِوَاِنَّمَاأَبَوَاهُيُهَوِّدَانِهِ أَوْيُنَصِّرَانِهِ أَوْيُمَجِّسَانِهِ
Artinya: “setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan suci, tetapi ibu-bapaknyalah yang menjadikannya Yahudi, atau Nasrani, atau Majusi”.
Pendidikan keluarga merupakan salah satu aspek yang sangat penting, karena awal pembentukan dan perkembangan dari tingkah laku atau kepribadian atau jiwa seorang anak adalah melalui proses pendidikan dilingkungan keluarga. Dilingkungan inilah pertama kalinya terbentuk pola dari tingkah laku atau kepribadian seorang anak tersebut. Pentingnya peran keluarga dalam proses pendidikan anak ini sangat banyak dicantumkan di dalam al- Qur’an, yang mana Allah SWT berfirman:
tûïÏ%©!$#ur šcqä9qà)tƒ $oY­/u ó=yd $oYs9 ô`ÏB $uZÅ_ºurør& $oYÏG»­ƒÍhèŒur no§è% &úãüôãr& $oYù=yèô_$#ur šúüÉ)­FßJù=Ï9 $·B$tBÎ)  
Artinya: “dan orang-orang yang berkata: ”ya Tuhan kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati(kami),dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”. (Al-furqan:74)
Selanjutnya,berhubungan dengan pentingnya peranan orang tua dalam pendidikan anak di dalam lingkungan keluarga ini juga dijelaskan Allah sesuai dengan firman-Nya di dalam surah At-Tahrim: 6, yang berbunyi:
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3Î=÷dr&ur #Y$tR $ydߊqè%ur â¨$¨Z9$# äou$yfÏtø:$#ur $pköŽn=tæ îps3Í´¯»n=tB ÔâŸxÏî ׊#yÏ© žw tbqÝÁ÷ètƒ ©!$# !$tB öNèdttBr& tbqè=yèøÿtƒur $tB tbrâsD÷sムÇÏÈ    
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahannya bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yandiperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (Q.S At-Tahrim: 6)
Jadi, di dalam proses pendidikan didalam lingkungan keluarga masing-masing orang tua memiliki peran yang sangat besar dan penting. Dalam hal ini, ada banyak aspek pendidikan sangat perlu diterapkan oleh masing-masing orang tua dalam hal membentuk tingkah laku atau kepribadian anaknya yang sesuai dengan tuntunan al-Qur’an dan hadist Rasulullah SAW. Diantara aspek-aspek tersebut adalah pendidikan yang berhubungan dengan penanaman atau pembentukan dasar keimanan(akidah), pelaksanaan ibadah, akhlak dan sebagainya.
Selain ayat-ayat diatas masih banyak lagi ayat-ayat al-Qur’an yang lain yang menjelaskan tentang peran keluarga dalam mendidik anak terutama pendidikan yang dalam ruang lingkup pendidikan Islam, diantaranya yaitu:
øŒÎ)ur tA$s% ß`»yJø)ä9 ¾ÏmÏZö/ew uqèdur ¼çmÝàÏètƒ ¢Óo_ç6»tƒ Ÿw õ8ÎŽô³è@ «!$$Î/ ( žcÎ) x8÷ŽÅe³9$# íOù=Ýàs9 ÒOŠÏàtã
Artinya: “Dan (ingatlah)  ketika Lukman berkata kepada anaknya.”Wahai anakku janganlah engkau mempersekutukan Allah SWT, sesungguhnya mempersekutukan Allah SWT. itu adalah benar-benar kezaliman yang sangat besar”. ( Q.S. Lukman: 13)
Dan juga firman Allah Swt yang berbunyi:
¢Óo_ç6»tƒ ÉOÏ%r& no4qn=¢Á9$# öãBù&ur Å$rã÷èyJø9$$Î/ tm÷R$#ur Ç`tã ̍s3ZßJø9$# ÷ŽÉ9ô¹$#ur 4n?tã !$tB y7t/$|¹r& (
¨bÎ) y7Ï9ºsŒ ô`ÏB ÇP÷tã ÍqãBW{$# ÇÊÐÈ
Artinya: Wahai anakku, Laksanakan shalat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari hal yang mungkar  dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya hal yang demikian itu adalah perkara yang penting. (QS. Lukman: 17)
Dari arti kedua ayat tersebut diatas kita  dapat menafsirkan bahwa peran orang tua sangatlah penting bagi perkembangan pendidikan anak karena dari rumah dan orang tualah anak pertama kali mengenal pendidikan agama Islam dan penanaman rasa agama. Oleh sebab itu orang tua harus benar dapat memberi dan menanamkan rasa agama dan pendidikan agama Islam dengan baik. Karena dengan itu akan berdampak positif pada psikologi agama dan psikologi perkembangan  seorang anak.
Selain itu, dalam kedua ayat tersebut Lukman telah  memberikan pendidikan  agama Islam pada anaknya untuk sejak dini mulai dari menunaikan shalat, menyakini tentang Allah SWT. sebagai tuhan satu-satunya yang pantas disembah, dan tak ada tuhan yang patut disembah selain Allah SWT, dan janganlah sekali-kali menyekutukan Allah SWT. dengan yang lain karena hal itu dinamakan dengan syirik, dan syirik merupakan dosa  besar yang tidak diampuni oleh Allah SWT .
Dan Lukman juga mendidik anaknya untuk menegakkan Amar ma’ruf nahi mungkar dimana amar makruf yang diartikan menegakkan yang benar dan membenarkan suatu hal yang salah. Hal itu menurut penulis mungkin dapat dilakukan dengan mengajak manusia untuk selalu berbuat baik dan menasehatinya atau mengingatkan dia untuk meninggalkan hal tersebut karena hal tersebut dilarang dalam hukum Islam.
Dari kedua ayat ini dapat kita ambil pelajaran bahwa orang tu merupakan orang pertama yang wajib mengajarkan pendidikan kepada anak, terutama tentang pendidikan agama Islam, oarang lain seperti guru-guru disekolah dan masyarakat disekitarnya hanyalah sebagai faktor pendukung atau tambahan dalam memberikan pendidikan kepada anaknya.


DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an al-Karim.
al-Abrasyi, M. at-Thiyah. 1996. Dasar-dasar pokok pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Hawi, Akmal. 2006. Dasar-dasar pendidikan Islam. Palembang: Reffah Press.



1               Akmal Hawi. 2006. Dasar-dasar pendidikan Islam. Palembang: Reffah Press. hlm: 8
[2]               Ibid, hlm: 12
[3]               M. At-Thiyah al-Abrasyi. Dasar-dasar pokok pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang. Hlm: 45
[4]               Akmal Hawi. 2006. Dasar-dasar pendidikan Islam. Palembang: Reffah Press. hlm: 16
[5]               Ibid hlm: 133
[6]               Ibid Hlm:133-134

Post a Comment

0 Comments